A. KONSEP DASAR GAGAL GINJAL KRONIK
- Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah penurunan
fungsi ginjal yang bersifat persisten dan inrevesibel. (Arif Mansjoer, 2001,
hlm.531)
Gagal ginjal kronik atau penyakit
renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible. Di mana kemampuan tubuh gagal untuk memepertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddart, 2001, hlm.1448)
Gagal ginjal kronis ( chronic renal
failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan anemia (urea dan limbah nitrogen yang berada dalam darah). (Nursalam,
2008, hlm.47).
2.
Etiologi
Adapun beberapa hal yang dapat
menyebabkan gagal ginjal kronis adalah :
a.
Diabetes
Merupakan penyebab terbesar
gagal ginjal kronik. Diabetes adalah penyakit dimana tubuh kita tidak dapat
lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh atau tubuh
tidak mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan insulin secara adekuat. Hal ini
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan apabila tidak ditangani akan
menyebabkan masalah di dalam tubuh termasuk ginjal.
b.
Tekanan
Darah Tinggi (hipertensi)
Merupakan penyebab kedua
terbesar gagal ginjal kronik. Hipertensi juga merupaka penyebab umum timbulnya
penyakit jantung dan stroke. Hipertensi adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah pada dinding arteri.
c.
Glomerulonephritis
Adalah penyakit yang
disebabkan adanya peradangan pada unit saringan terkecil ginjal yang disebut
glomeruli.
d.
Ginjal
Polikistik
Merupakan penyakit yang
bersifat genetik (keturunan ) dimana terjadi nya kelainan yaitu terbentuknya
kista pada kedua ginjal yang berkembang secara progresif sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal.
e.
Batu ginjal
Adalah terjadinya sumbatan di
sepanjang saluran kemih akibat terbentuknya semacam batu yang 80 persen terdiri
dari kalsium dan beberapa bahan lainnya. Ukuran batu ginjal ada hanya sebesar
butiran pasir sampai ada yang sebesar bola golf.
f.
Infeksi
saluran kencing
Timbulnya infeksi dapat
disebabkan oleh adanya bakteri yang masuk ke dalam saluran kencing yang
menyebabkan rasa sakit atau panas pada saat buang air kecil dan kecenderungan
frekuensi buang air kecil yang lebih sering. Infeksi ini biasanya akan
menyebabkan masalah pada kandung kemih namun terkadang dapat menyebar ke
ginjal.
g. Obat dan racun
Mengkonsumsi obat yang berlebihan atau yang mengandung racun tertentu dapat
menimbulkan masalah pada ginjal. Selain itu penggunaan obat-obatan terlarang
seperti heroin, ganja dapat juga merusak ginjal.
- Patofisiologi
Fungsi renal menurun karena produk
akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan
terjadinya uremia dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat.
Gangguan clearance renal terjadi
akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi penurunan laju filtrasi
glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine tampung 24 jam
yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin
serum.
Retensi cairan dan natrium dapat
mengakibat edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas
renin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Kehilangan garam mengaki- batkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan
diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.
Asidosis metabolic akibat ginjal
tidak mampu mensekresi asam (H ) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat
tubulus ginjal tidak mampu mensekresi ammonia (NHз) dan mengabsorpsi natrium
bikarbonat (HCOз). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi.
Anemia terjadi akibat erirtropoietin
yang tidak memadai memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama
dari saluran pencernaan. Eritropoitein yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan produksi
eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan,
angina, dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka
meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh untuk merespon normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin D (1,25
dihidro- kolekalsiferol) yang dibentuk di ginjal menurun seiring perkembangan
gagal ginjal.
- Manifestasi klinis
a. Gastrointestinal : Ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.
b. Kardiovaskular : Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG),
perikarditis, difusi pericardium, dan tamponade perikardium.
c.
Respirasi
: Edema paru, efusi
pleura, dan pleuritis.
d. Neuromuskular : Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan
muscular, neuropatiu perifer, binggung dan koma.
e. Metabolik/ endokrin : Inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan
hormone seks menyebabkan penurunan libido, impotent dan amnenorhoe (wanita).
f.
Cairan
elektrolit : Gangguan asam basa
menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi ,asidosis,
hiperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalse- mia.
g. Dermatologi : Pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, uremia
frost.
h. Abnormal skeletal : Osteodistrofi ginjal meneyebabkan, osteomalasia.
i.
Hematologi : Anemia, defek kualitas
flatelat, dan perdarahan meningkat.
j. Fungsi psikososial :Perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses
kognitif.
- Pemeriksaan penunjang
a. Urine
1)
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam
(oliguria) atau urine tidak ada (anuria)
2)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan oleh partikel koloid fosfat atau sediment kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah Hb, mioglobil.
3)
Natrium
: Lebih besar dari 40 mEg/l karena ginjal
tidak mampu mereabsorbsi natrium.
4)
Protein
: Derajat tinggi proteinuria ( 3 – 4 +
) secara kuat menunjuk- kan kerusakan Glomerulus.
b.
Darah
1)
Kreatinin : Meningkat, biasanya
meningkat dalam proporsi, kadar creatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
2)
Hitung darah lengkap : HL
menurun pada anemia, HB : biasanya kurang dari 7 – 8 g/dl
3)
GDA : Ph
penurunan asidosis metabolik (kurang 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mengekresi hydrogen dan ammonia atau hasil akhir katabolisme
protein, bikarbonat menurun, PCO2 menurun
4)
Natrium serum : Mungkin rendah (bila ginjal
“kehabisan natrium”) atau normal (menunjukkan satus dilasihiperhatremia)
5)
Kalium : Peningkatan
sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi
sampai kalium 6,5 mEa atau lebih besar.
6)
Magnesium / fosfat : Meningkat.
7)
Protein (khususnya albumin) :Kadar serum menurun dapat menunjuk- kan kehilangan protein
melalui urine. Perpindahan cairan, penurunan pema- sukan, atau penurunan
sintesis karena kurang asam amino esensial.
c.
Pielogram retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal
dan ureter.
d.
Arteriogram Ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, massa.
e.
Ultrasonografi ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
f.
Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan
secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan diagnosis histologis.
g.
Endoskopi ginjal , Nefronkopi :
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.
h.
EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidak
seimbangan elektrolit dan asam/ basa.
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik di antara
nya meliputi :
a.
Terapi spesifik terhadap
penyakit dasar nya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasar nya
adalah sebelum terjadi nya penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), sehingga
perburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Bila LFG sudah menurun sampai 20%-30%
dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
b.
Pencegahan
dan terapi terhadap kondisi komorbid
Penting sekali untuk
megikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien dengan penyakit gagal
ginjal kronik. Factor-faktor komorbid antara lain : gangguan keseimbangan
cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius,
obat-obatan nefrotoksik. Obat – obat Nefrotoksik seperti amino – glikosid,
OAINS (obat anti inflamasi non-steroid) dan obat-obatan yang dapat menyebabkan
nefretis interstisialis akut harus dihindari.
c.
Menghambat perburukan fungsi
ginjal
Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal
terjadinya hiperfiltrasi glomerulus.
d.
Pembatasan asupan protein
Pembatasan asupan protein mulai di lakukan pada LFG ≤ 60
ml/mnt, sedangkan pembatasan asupan protein tidak selalu di anjurkan. Protein
diberikan 0,6-0.8/kg BB/hari.
e.
Pencegahan kekurangan cairan
(dehidrasi)
Dehidrasi dan kehilangan elektrolit dapat menyebabkan
gagal ginjal prarenal yang masih dapat diperbaiki.
f.
Terapi farmakologis
Untuk mengurangi hipertensi
intraglomerulus, pemakaian obat anti hipertensi, di samping bermanfaat untuk
memperkecil resiko kardiovaskuler juga sangat penting untuk memperlambat
perburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerolus dan
hipertropi hlomerolus.
g.
Kehamilan
Pada wanita usia produktif yang
mengalami gangguan fungsi ginjal, kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal.
h.
Pengelolaan uremia dan
komplikasinya
Pasien dengan gagal ginjal lanjut sering
mengalami peningkatan jumlah cairan ekstraseluler karena retensi cairan dan
natrium. Penatalaksanaan meliputi asupan cairan dan natrium serta pemberian
terapi diuretik.
i.
Asidosis Metabolik.
Penurunan kemampuan eksresi beban asam (acid load) pada
GGK menyebabkan terjadinya asidosis metabolic. Diet rendah protein membantu
mengurangi kejadian asidosis.
j.
Hiperkalemia.
Kalium sering meningkat pada GGK. Hiperkalemia terjadi
akibat eksresi kalium melalui urin berkurang dari keadaan katabolik.
k.
Anemia.
Transfusi darah hanya diberikan bila sangat perlu dan
apabila transfusi tersebut dapat memperbaiki keadaan klinis secara nyata. Terapi yang terbaik apabila hemoglobin
< 8 g% adalah dengan pemberian eritropoietin.
l.
Kalsium dan Fosfor.
Untuk mencegah terjadinya hiperparatiroidisme sekunder,
kadar fosfor serum harus dikendalikan dengan diet rendah fosfor (terutama
daging dan susu)
m.
Terapi pengganti ginjal berupa
dialysis atau transplantasi ginjal
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah
memerlukan dialysis tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya LFG
sekitar 5 – 10 ml/mnt. Dialisis juga
diperlukan bila ditemukan keadaan dibawah ini :
1)
Asidosis metabolik yang tidak
dapat diatasi dengan obat – obatan Hiperkalemia yang tidak dapat diatassi
dengan obat – obatan.
2)
Overload cairan (edema paru).
3)
Ensefalopati uremik, penurunan
kesadaran.
4)
Efusi kardial.
5)
Sindrom uremia : mual;, muntah,
anoreksia, neuropati yang memburuk.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS GAGAL GINJAl KRONIK
Menurut
E. Doenges Marilyn, et al. 2002, hlm.626
- Pengkajian
b.
Aktivitas istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem,
kelemahan, malaise gangguan tidur (insomnia / gelisah atau samnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak.
c.
Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama
atau berat. Palpitasi ; nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi; Distensi Vena Jugularis,
nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan. Distrimia
jantung. Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir. Friction rub pericardial ( Respon terhadap
akumulasi sisa). Pucat : kulit coklat kehijauan, kuning, kecendrungan
perdarahan.
d.
Integritas Ego
Gejala :
Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Peresaan tak berdaya, tidak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak , ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
e.
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine,
oliguria, anuria (gagal tahap lanjut). Abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine,
contoh kuning pekat, merah, coklat berawan. Oliguria dapat menjadi anuria.
f.
Makanan Cairan.
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia nyeri ulu hati, mual / muntah,
rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan ammonia). Penggunaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen/ asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan tugor kulit
/ kelembaban. Edema (umum, tergantung). Ulserasi gusi, perdarahan gusi lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
g.
Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan
kabur, kram otot / kejang : sindrom “kaki gelisah”, kebas rasa terbakar pada
telapak kaki. Kebas / kesemutan dan kelemahan. Khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental,
contoh penurunan lapangan perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadarn, stupor, koma. Penurunan DTR. Tanda
Chovostek dan Trousseau positif kejang,
fasikulasi otot, aktifitas kejanng. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
h.
Nyeri / Kenyamanan.
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki ( memburuk saat malam
hari).
Tanda : Perilaku berhati – hati / distraksi,
gelisah.
i.
Pernafasan.
Gejala : Nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal :
batuk dengan tanda sputum kental dan banyak.
Tanda :
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernafasan kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).
j.
Keamanan.
Gejala :
Kulit gatal. Ada / berulang infeksi.
Tanda :
Pruritus. Demam (sepsis, dehidrasi) normotermia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuhlebih rendah dari normal (efek
GGK/ depresi respon imun). Petekie, area ekomosis pada kulit. Fraktur tulang,
defosit fosfat kalsium (klasifikasi metastik) pada kulit. Jaringan lunak, sendi : Keterbatasan gerak sendi.
k.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido,
amionorea, infertilitas.
l.
Interaksi Sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan
kondisi, contoh tk mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam
keluarga.
m.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko
tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus
urinaria, malignansi. Riwayat terpanjar pada toksin , contoh obat, racun
lingkungan penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
- Diagnosa Keperawatan
b.
Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantumg b.d akumulasi toksin (urea), ketidakseimbangan
elektrolit, tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan :
Mempertahankan curah jantung dengan bukti TD dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu
pengisisan kapiler.
Rencana Keperawatan :
1)
Auskultasi bunyi jantung dan
paru, evaluasi adanya edema perifer/kongesti vaskuler dan keluhan dispnea.
2)
Kaji adanya nyeri dada,
perhatikan lokasi, apakah tidak menetap dengan inspirasi dalam dan possisi
terlentang.
3)
Kaji tingkat aktivitas, respon
terhadap aktivitas.
4) Awasi pemeriksaan laboratorium elektroli
(kalium,kalsium,natrium, magnesium )
c.
Resiko
tinggi terhadap cidera (profil darah abnormal) b.d penekanan produksi/sekresi
eritropoitein, gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan :
- Tidak mengalami tanda dan gejala
perdarahan
-
mempertahankan/ menunjukkan perbaikan nilai laboratorium
Rencana keperawatan :
1) Perhatikan keluhan dan peningkatan
kelelahan, kelemahan, observasi takikardia, kulit/ membrane mukosa pucat.
2) Awasi tingkat kesadaran dan dan prilaku
3) Evaluasi repon terhadap aktivitas,
kemampuan kemampuan untuk melakukan tugas, bantu sesuai kebutuhan dan buat
jadwal untuk istirahat.
4)
Observasi perdarahan terus
menerus epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis melena dan urine merah.
5)
Awasi pemeriksaan laboratorium
(hitung darah lengkap,Hb,Ht)
d.
Perubahan proses fikir
berhubungan dengan perubahan fisiologis : akumulasi toksin, asidosis metabolok,
hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan :
-
meringankan tingkat mental
biasanya
-
Mengidentifikasi cara untuk
mengkompensasi gangguan kognitif / defisit memori
Rencana Keperawatan :
1)
Kaji luas nya gangguan
kemampuan berfikir, memori dan orientasi
2)
Pastikan dari orang
terdekat,tingkat mental pasien biasanya.
3) Berikan orang terdekat informasi
tentang status pasien
4)
Berikan lingkungan yang tenang.
5) Orientasikan kembali terhadap lingkungan,
orang dan sebagai nya.
6) Komunikasikan informasi / instruksi dalam
kalimat pendek dan sederhana
7) Buat jadwal teratur dengan aktivitas yang
diharapkan
e.
Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
akumulasi toksin dalam kulit
Tujuan :
- Mempertahankan kulit utuh
- Melakukan teknik untuk mencegah
kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1)
Inspeksi kulit terhadap
perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi
terhadap ekimosis dan purpura.
2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa
3) Ubah posisi dengan sering; gerakkan pasien
dengan perlahan, beri bantalan pada tonjolan tulang dengan pelindung.
4)
Berikan perawatan kulit,
berikan salep atau krem
5) Pertahankan linen kering, bebas keriput,
selidiki keluhan gatal.
6) Anjurkan pasien untuk menggunakan kompres
lembab dan dingin untuk memberikan tekanan (daripada garukan) pada area
pruritus, pertahankan kuku pendek.
f. Resiko tinggi terhadap perubahan membran
mukosa berhubungan dengan penurunan saliva, iritasi kimia, perubahan urea dalam
saliva menjadi ammonia.
Tujuan ;
Mempertahankan integritas membrane mukosa
1) Inspeksi rongga mulut, perhatikan
kelembapan, karakter saliva, adanya inflamasi, ulserasi
2)
Anjurkan hygiene gigi yang baik
setelah makan dan pada saat tidur
3)
Anjurkan pasien menghentikan
merokok dan menghindari produk gliserin yang mengandung alcohol
4)
Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai indikasi. Mis,
antihistamin.
g.
Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan
kognitif
Tujuan :
Menyatakan pemahaman
kondisi/proes penyakit dan pengobatan
Intervensi :
1)
Kaji ulang penyakit, prognosis
dan kemungkinan yang akan di alami
2)
Diskusikan masalah nutrisis
lain
3)
Kaji ulang tindakan untuk
mencegah perdarahan
4)
Buat program latihan rutin
dalam kemampuan individu menyelingi periode istirahat dengan aktivitas
5)
Identifikasi tanda dan gejala memerlukan
evaluasi medis segera
Menurut Brunner, et
all, 2001, hlm.1452 -1455 :
a. Kelebihan Volume cairan
berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebihan dan retensi cairan
natrium.
Tujuan :
- Mempertahankan berat tubuh
ideal tanpa kelebihan cairan.
2)
Masukan danhaluaran seimbang.
Rencana Keperawatan :
1)
Kaji status cairan : timbang
berat badan harian, keseimbangan masukan dan haluaran, tugor kulit dan adanya
edema, destensi vena leher, tekanan darah dan denyut nadi.
3) Identifikasi sumber potensial
ketidakseimbangan cairan : medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan,
oral dan intervena makanan.
4)
Jelaskan pada pasien keluarga rasional Pembatasan.
5) Bantu pasien dalam menghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan.
7)
Tingkat dan dorong hygiene oral dengan sering.
b.
Perubahan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan
perubahan membrane mukosa mulut.
Tujuan :
- Mempertahankan pemasukan
nutrisi yang adekuat.
- Berat
badan dalam batas normal sesuai dengan tinggi badan.
Rencana keperawatan :
1)
Kaji status nutrisi : perubahan
berat badan, pengukuran antropometrik, nilai laboratorium (elektrolit serum,
BUN, creatinin, protein, transperin dan kadar besi).
2) Kaji pola diet nutrisi pasien : riwayat
diet, makanan kesukuan dan hitung kalori.
3) Kaji factor yang berperan dalam merubah
masukan nutrisi : anoreksia, mual, muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi
pasien, depresi, kurang memahami pembatasan diet dan stomatitis.
4)
Menyediakan makanan kesukuan
pasien dalam batas – batas diet
5)
Tingkatkan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi telur, produk susu dan daging.
c.
Intoleransi aktivitas
berhuibungan dengan keletihan anemia, retensi, produk sampah dan prosedur
dialysis.
Tujuan :
-
Berpatisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
- Klien dapat
mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang ditoleransi.
Rencana keperawatan :
1)
Kaji faktor yang menimbulkan
keletihan : anemia, ketidakseimbangan cairan elektrolit, retensi produk sampah
depresi.
2)
Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi : Bantu jika keletihan terjadi.
3)
Anjurkan aktivitas alternatif
sambil istirahat.
4)
Batasi pengunjung atau lamanya
kunjungan.
a. Gangguan harga diri berhubungan dengan
ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep
diri.
Rencana keperawatan :
1) Kaji respon dan reaksi dan keluarga
terhadap penyakit dan penanganan.
2) Kaji hubungan antara pasien dengan anggota
keluarga terdekat.
3) Kaji pola koping pasien dan anggota
keluarga.
4) Berikan
dukungan emosional pada pasien.
b. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan :
-
Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisidan penangan yang bersangkutan.
- Mengetahui batasan diet dan cairan.
Rencana keperawatan :
1)
Kaji pemahaman mengenai
penyebab gagal ginjal konsekuensinya, dan penangannya.
2) Jelaskan fungsi renal dan
konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien
untuk belajar.
3) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi cara – cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit
dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
4)
Sediakan informasi baik secara
tertulis maupun secara oral dengan tepat tentang : fungsi dan kegagalan renal,
pembatasan cairan diet, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan gejala, jadwal
tindak lanjut, dan pilihan terapi
No comments:
Post a Comment