Monday, August 27, 2012

askep gastritis


BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang anatomi fisiologi sistem pencernaan : lambung, konsep dasar gastritis erosiva serta Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan : gastritis erosiva secara teoritis.

A.    Anatomi Fisiologi Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Gambar 1.1 Anatomi lambung
Sumber :  Sobatta, Atlas Anatomi Manusia, 1997
Secara anatomis lambung terbagi atas :
1.      Fundus Ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas, terletak disebelah kiri osteum kardium. dan biasanya berisi gas.
2.   Korpos Ventrikuli
Bagian ini merupakan segitiga osteum kardiakum, yaitu suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
3.      Antrum Pilorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal berbentuk sfingter pilorus.
4.      Kurvatura Minor
Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
5.      Kurvatura Mayor
Bagian ini lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan menuju ke pilorus inferior.
6.      Osteum Kardiakum
Merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk kedalam lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Lambung mempunyai spingter pada kedua ujungnya yang  mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spingter kardia atau spingter esofagus bawah mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Disaat spingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum dan ketika berkontraksi springter ini akan mencegah terjadinya aliran balik diusus halus kedalam lambung.
Gambar 1.2 Anatomi fisiologi dinding lambung.
Sumber :  Sobatta, Atlas Anatomi Manusia, 1997

Lambung mempunyai beberapa lapisan yaitu :
1.      Lapisan selaput lendir (mukosa) : bila lambung dikosongkan, lapisan ini berlipat-lipat yang disebut rugae, lipatan lambung ini dapat berdistensi sewaktu diisi makanan. Didalam lapisan mukosa terdapat kelenjar yang mengsekresikan asam lambung yaitu :
a.       Sel parietal menghasilkan hidroklorida (HCl) dan sebagai faktor instrinsik. HCl lambung mempunyai PH 0,8 yang berfungsi untuk memaksimalkan aktivitas dari pepsin dan untuk membunuh bakteri-bakteri yang berasal dari makanan. Sebagai faktor intrinsik glikoprotein yang berguna dalam proses absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.
b.      Sel Chief (Chief cells) : mengsekresi proenzim pepsinogen yang berguna dalam mencerna protein, renin dan lipase.
2.      Lapisan otot melingkar (M. Aurikularis) : lapisan ini merupakan jaringan otot yang kuat.
3.      Lapisan otot miring (M. Obliques) : lapisan ini mempunyai otot bergaris miring
4.      Lapisan otot panjang (M. Longitudinal) : lapisan ini merupakan susunan lapisan otot yang panjang.
5.      Jaringan ikat serosa : jaringan ini melapisi lambung bagian luar.
Adapun fungsi lambung adalah :
1.      Fungsi Motorik
Adapun fungsi motorik lambung antara lain fungsi :
a)      Menampung
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna.


b)      Mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurkannya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
c)      Pengosongan Lambung
Diatur oleh pembukaan spingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan fisik serta oleh emosi, obat-obatan dan kerja.
2.      Fungsi pencernaan dan sekresi
a.    Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl dimulai disini, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amylase dan lipase dalam lambung kecil peranannya.
b.      Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang  dimakan, peregangan antrum, alkanisasi antrum, dan rangsangan vagus.
c.       Sekresi faktor intrinsic memungkinkan absorpsi vitamin B12  dari usus halus bagian distal
d.      Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.
e.       Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi sel mukus, tampaknya berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin.
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus,  menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua cara yaitu :
1.      Mekanis
Menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorongan makanan terjadi secara gerakan  peristaltik setiap gerakan 20 detik.
2.      Kimiawi (khemis)
Bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan di enzim-enzim tergantung jenis makanan. Enzim yang dihasilkan antara lain :
a.       Pepsin fungsinya, mencegah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton) agar dapat diabsorbsi di intestinum minor.
b.      Asam garam (HCl) fungsinya, mengasamkan makanan sebagai anti septik dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c.       Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan karsinogen dari protein.
d.      Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk merangsang sekresi getah lambung.
B.     Konsep Dasar Gastritis
1.      Pengertian
      Gastritis adalah suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. (Sylvia Anderson Price, Patofisiologi edisi 6, 2005 hal : 422).
      Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Jan Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan, 1999 hal : 138).
      Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif M Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran edisi III, jilid 1, 2000 hal : 492).

Gambar 1.3 Kondisi Mukosa Lambung pada Kasus Gastritis Erosiva
Sumber : http://www.fortuneStarIndonesia2007.com Tanggal 27 Juli 2008
2.      Klasifikasi
            Gastritis diklasifikasikan menjadi :
a.       Gastritis akut.
            Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung dengan kerusakan-kerusakan erosif. (Iin Inayah, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan, edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika, 2004)
b.      Gastritis Kronik
            Gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. (Smeltzer, Suzanne C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8 Jakarta : EGC, 2001)
3.      Etiologi
            Etiologi dari gastritis adalah :
a.       Diit sembarangan.
b.      Minum alkohol.
c.       Merokok.
d.      Stress.
e.       Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
f.       Pola makan tidak teratur.
4.      Patofisiologi
            Gastritis akut dapat juga menjadi tanda pertama dari infeksi sistemik. Bentuk yang lebih berat dari gastritis akut disebabkan oleh asam kuat atau alkalis, yang dapat menyebabkan  mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
            Inflamasi pada waktu lama pada lambung disebabkan baik oleh ulkus jinak atau ganas, atau oleh bakteri Helicobacter pylori. Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau B. Tipe A di hubungkan dengan penyakit  auto imun misalnya anemia pernisiosa.  Tipe ini terjadi pada fundus atau badan lambung. Tipe B (H. pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus. Tipe ini dapat dihubungkan dengan bakteri H. pylori, faktor diet seperti minum panas, pedas, penggunaan obat, alkohol, merokok, atau refleks isi usus ke dalam lambung.
5.      Manifestasi klinis
                  Adapun manifestasi klinis dari gastritis erosiva adalah :
a.       Perih atau sakit seperti terbakar pada perut.
b.      Mual
c.       Muntah
d.      Kehilangan selera
e.       Kembung
f.       Terasa penuh pada perut setelah makan
g.      Kehilangan berat badan
6.      Penatalaksanaan.
a.       Makan secara benar
b.      Hindari alkohol
c.       Jangan merokok
d.      Lakukan olahraga  secara teratur
e.       Kendalikan stress
7.      Pemeriksaan diagnostik.
                  Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan sistem pencernaan antara lain :
a.       Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H . Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.
b.      Pemeriksaan pernafasan.
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
c.       Pemeriksaan feses.
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
d.      Endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskopi) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus halus.

C.    Asuhan Keperawatan Teoritis pada klien dengan gastritis.
       Dalam memberikan asuhan keperawatan gastritis erosiva perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan secara sistematik dan berkesinambungan yang meiputi seluruh aspek bio-psiko-sosial budaya dan spiritual sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses pendekatan keperawatan.
       Adapun langkah-langkah proses keperawatan tersebut meliputi : pengkajian keperawatan, pendiagnosaan keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1.      Pengkajian
            Menurut Brunner & Suddarth, (2001:1063), pengkajian pada penderita gastritis erosiva berfokus pada hal-hal :
Kaji tanda dan gejala pada pasien yang mengalami nyeri pada ulu hati, tidak dapat makan, mual dan muntah, apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan. Setelah mencerna makanan pedas dan mengiritasi atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makanan atau minuman terlalu banyak atau makan terlalu cepat? Bagaimana gejala hilang? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung? Riwayat diit ditambah jenis diit yang baru dimakan selama 72 jam akan membantu, riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diit atau diit sembarangan yang diketahui berhubungan dengan gejala saat ini. Apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai gejala serupa?
       Tanda yang diketahui saat pemeriksaan fisik yang mencakup nyeri tekan abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering) dan bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gastritis, lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh klien untuk mengatasi gejala serta efek-efeknya juga di identifikasi.

2.      Diagnosa Keperawatan
       Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok. Adapun diagnosa yang timbul pada klien dengan gastritis antara lain :
a.       Ansietas b.d pengobatan.
b.      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang tidak adekuat.
c.       Resiko defisit volume cairan b.d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan yang berlebihan akibat muntah.
d.      Defisit pengetahuan tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya b.d kurang informasi.
e.       Nyeri b.d peningkatan asam lambung.
3.      Perencanaan Keperawatan
       Tahap perencanaan memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan  untuk mengatasi masalah-masalah klien. Komponen-komponen tahap perencanaan adalah membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil dan menulis rencana Asuhan Keperawatan.
       Adapun rencana keperawatan berdasarkan masing-masing diagnosa keperawatan
a.       Ansietas b.d pengobatan.
      Hasil yang diharapkan :
Ansietas berkurang.
Intervensi keperawatan :
1)      Lakukan tindakan kedaruratan untuk klien yang menerima asam atau alkali.
2)      Berikan terapi pendukung untuk pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah asam dan alkali yang termakan di netralkan atau di encerkan.
3)      Siapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik tambahan (endoskopi) atau pembedahan.
4)      Gunakan pendekatan yang tenang dan jawab pertanyaan selengkap yang memungkinkan, jelaskan semua prosedur dan pengobatan.
b.      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan :
Pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi adekuat dan menghindari akut.
Intervensi keperawatan :
1)      Berikan dukungan fisik dan emosional untuk pasien dengan gastritis akut.
2)      Hindari makanan dan minuman peroral selama beberapa jam atau hari sampai gejala akut berkurang.
3)      Berikan terapi IV sesuai kebutuhan dan pantau nilai elektronik serum setiap hari.
4)      Berikan es batu dan cairan jernih bila gejala berkurang.
5)      Dorong klien untuk melaporkan adanya gejala yang menunjukkan episode berulang dari gastritis saat makanan masuk.
6)      Hindari minuman berkafein.
7)      Hindari alkohol dan merokok.
8)      Ajarkan bahwa nikotin menimbulkan mual dan muntah.
c.       Resiko defisit volume cairan b.d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan yang berlebihan akibat muntah.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan keseimbangan cairan.
Intervensi keperawatan
1)       Pantau masukan dan haluaran setiap hari terhadap dehidrasi.
2)      Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk keseimbangan cairan.
3)      Waspadai terhadap indikator gastritis hemoragi (hematemesis, takikardia, hipotensi) dan beri tahu dokter.
d.      Defisit pengetahuan tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya b.d kurang informasi.


Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit gastritis bertambah.
Intervensi keperawatan :
1)      Kaji pengetahuan tentang gastritis dan kembangkan rencana penyusunan individu.
2)                  Pertimbangkan kebutuhan kalori sehari-hari dan makanan kesukaan.
3)      Berikan daftar substansi yang harus dihindari (kafein, nikotin, makanan yang banyak mengandung bumbu, alkohol)
4)      Berikan pasien yang menderita anemia pernissiosa, instruksikan tentang kebutuhan suntikan vitamin B12 batas normal.
e.       Nyeri b.d peningkatan asam lambung.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri berkurang.
Intervensi keperawatan :
1)      Instruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang mungkin mengiritasi mukosa lambung
2)      Kaji derajat nyeri dan dapatkan kenyamanan melalui penggunaan obat dan menghindari substansi pengiritasi.


4.      Implementasi
       Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan secara nyata dilakukan serangkaian kegiatan sistematik berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal, adapun langkah atau petunjuk dalam tahap pelaksanaan adalah persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
       Pada tahap persiapan perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan, selain itu juga perawat harus mampu mengatasi situasi dan kondisi klien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaan perawat akan terhindar dari kesalahan.
       Untuk tahap pelaksanaan, perawat berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual. Pada saat dokumentasi, semua tindakan yang telah dilaksanakan harus di dokumentasikan ke dalam catatan keperawatan klien oleh perawat yang melaksanakan tindakan tersebut.

5.      Evaluasi
       Evaluasi adalah penilaian fase keperawatan dan menunjukkan perkembangan klien terhadap  pencapaian tujuan. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan dan strategi evaluasi.
       Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, membandingkan pelayanan keperawatan yang diberikan dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
       Dalam melakukan evaluasi harus sesuai  dengan waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam pernyataan tujuan.