1. Pengertian
“Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi
akibat infeksi bakteri yang dapat terjadi dimana saja pada bagian tubuh kita.”
“Abses adalah peradangan jaringan tubuh
yang memungkinkan timbulnya rongga tempat nanah mengumpul.”
“Abses adalah lesi yang sulit untuk di atasi
oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas kejaringan yang lebih luas
dengan pencarian, kecendrungannya untuk membentuk lubang, dan konsistensinya
terhadap penyembuhan.” (Price dan Wilson, 1994, hlm. 49).
2. Etiologi
Gambar:
2.3. Abses Abdomen
(Sumber
: Inspeksi Pasien)
Penyebab abses adalah infeksi bakteri. Suatu infeksi
bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
a. Bakteri masuk akibat tusukan jarum yang tidak steril
b. Bakteri
menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.
c. Bakteri
yang dalam keadaan normal hidup dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan.
Abses yang terjadi suatu luka ringan, cidera atau
sebagai komplikasi dari folikulitis atau bisul terjadi karena benda asing yang
di ikuti bakteri Stapilokokus, Esceria coli, mycobakteria dan juga bakteri yang
bersifat anaerob (clostridium dan peptostreptokokkus).
3.
Patofisiologi
Terjadinya abses dikarenakan masuknya
bakteri melalui luka atau infeksi di bagian tubuh lain maupun bakteri dalam
tubuh yang tidak menimbulkan gangguan, lama kelamaan bagian yang terkena
terjadi infeksi. Infeksi ini menyebabkan sebagian sel mati dan hancur sehingga
bagian tersebut berongga berisi bakteri, sedangkan sebagian sel darah putih
melakukan perlawanan dan akhirnya mati, karena jumlah sel tersebut sedikit. Sel
tersebut menjadi pus dan akhirnya terdorong seperti benjolan yang disebut abses
lalu terjadi peradangan yang menimbulkan nyeri, membuat tidak nafsu makan. Peradangan
tersebut akhirnya pecah terjadi perdarahan sehingga menimbulkan kecemasan. Skema
patofisologi abses dapat dilihat pada skema 2.1 berikut.
|
4.
Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinis tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya kepada fungsi suatu organ.
Manifestasi klinis bisa berupa : nyeri, teraba hangat, pembengkakan, kemerahan,
demam dan menggigil, mual, muntah dan pus.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Usapan Sitologis : memungkinkan lesi – lesi majemuk
b.
Kerokan dan biakan
jamur : konfirmasi segera adanya infeksi.
c.
Pacth Testing : membuktikan
dan menegakkan diagnosa adanya alergi dan menemukan penyebabnya.
6. Penatalaksanaan
Beberapa
penatalaksanaan yang dilakukan pada abses sebagai berikut
a.
Pembedahan
Untuk
mengeluarkan nanah yang ada pada abses. Sebelumnya diberikan obat bius local
lalu nanah dibuang, luka dibersihkan dan dikeringkan dan luka ditutup dengan
kasa.
b.
Kompres Hangat
Membantu
mempercepat penyembuhan serta mengurangi peradangan.
c.
Pemasangan Drain dan
Elizabeth Collar
Drain
dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa di produksi
bakteri. Elizabeth Collar dipasang untuk menjaga agar drain tidak lepas.
d.
Pemberian antibiotik
Pemberian
antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri streptomycin.
D.
Asuhan
Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan Sistem Integumen
Menurut Brunner and Suddarth (2001, hlm
1830), “Pengkajian umum sistem integument adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Riwayat
kesehatan
Riwayat medis dan
pembedahan, riwayat keluarga, riwayat pengobatan, riwayat sosial, riwayat
kesehatan saat ini.
b. Data
demografi
Usia, suku bangsa, pekerjaan
(hobi), riwayat diet.
c. Pemeriksaan
fisik
Pengkajian
kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membran mukosa, kulit kepala dan
kuku.
1) Turgor
kulit dan efek vasodilatasi
Elastis atau tidak dan
demam.
2) Pucat
terlihat pada konjungtiva, sianosis, ikterik
3) Mengkaji
pasien dengan kulit gelap
Dilihat adanya eritema,
ruam dan sianosis serta perubahan warna.
4) Mengkaji
lesi kulit
Lesi primer dan sekuder
5) Mengkaji
kuku dan rambut
Kuku ( inspeksi, alur
transversum/ garis-garis beau, paronika disertai nyeri tekan dan eritema,
clubbing dan pelunakan pada pangkal kuku)
Rambut (inspeksi dan
palpasi, catat warna, tekstur serta distribusi, gejala gatal, adanya inflamasi
atau tanda-tanda inflamasi parasit)
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Menurut Doenges( 2001,
hlm. 308), “diagnosa keperawatan yang mengarah pada abses, yaitu :
a. Resiko
tinggi infeksi b/d respon inflamasi.
1) Kriteria
hasil : Mencapai masa penyembuhan
tepat waktu,
tanpa
bukti penyebaran infeksi.
2) Intervensi
a) Pertahankan
tekhnik aseptik.
b) Pantau
secara teratur dan catat tanda - tanda infeksi.
c) Teliti
adanya nyeri dan demam.
d) Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
3) Rasional
a) Menurunkan
resiko pasien terkena infeksi dan mengontrol penyebaran infeksi.
b) Timbulnya
tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan mikroorganisme.
c) Infeksi
dapat berkembang dan memerlukan intervensi lanjut.
d) Bermanfaat
untuk pencegahan mikrobakteri.
b. Nyeri
b/d infeksi atau inflamasi.
1) Kriteria
hasil : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol dan mampu istirahat dengan
tepat.
2) Intervensi
a) Berikan
lingkungan yang tenang.
b) Bantulah
keperawatan diri yang penting.
c) Dukung
untuk menemukan posisi yang nyaman.
d) Berikan
latihan gerak aktif atau pasif secara tepat.
e) Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
3) Rasional
a) Meningakatkan
istirahat atau relaksasi.
b) Menurunkan
gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c) Menurunkan
ketidaknyamanan lebih lanjut.
d) Dapat
membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan nyeri.
e) Mungkin
diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
c. Kerusakan
mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan dan nyeri.
1) Kriteria
hasil : Mempertahankan kembali posisi fungsional
optimal
dan mempertahankan
integritas kulit.
2) Intervensi
a) Periksa
kembali kamampuan pasien.
b) Kaji
derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan.
c) Letakkan
pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
d) Berikan
perawatan kulit dengan cermat.
3) Rasional
a) Menentukan
intervensi selanjutnya.
b) Setiap
kategori mempunyai resiko.
c) Perubahan
sirkulasi secara teratur meningkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh.
d) Meningkatkan
sirkulasi, menurunkan resiko terjadinya lesi pada kulit dan elastis kulit .
d. Ansietas
b/d kurang terpaparnya informasi dan prognosis penyakit.
1) Kriteria
hasil : Mengakui dan mendiskusikan rasa takut,
mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi, tampak rileks.
2) Intervensi
a) Kaji
status mental dan ansietas.
b) Berikan
penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.
c) Berikan
kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
d) Jawab
setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi mengenai
prognosa penyakit.
e) Libatkan
pasien dan keluarga dalam membuat keputusan.
f) Lindungi privasi pasien.
3) Rasional
a) Derajat
ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.
b) Meningkatkan
pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan menurunkan ansietas.
c) Mengungkapkan
rasa takut secara terbuka.
d) Penting
untuk meningkatkan kepercayaan.
e) Meningkatkan
kemandirian.
f) Melindungi
pasien dari rasa malu.
e. Kurang
pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpaparnya
informasi.
1) Kriteria
hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi penyakit
dan pengobatan.
2) Intervensi
a) Berikan
informasi yang singkat.
b) Diskusikan
mengenai proses penyembuhan.
c) Berikan
informasi tentang kebutuhan tinggi protein atau karbohidrat dalam jumlah kecil
tapi sering.
d) Instruksikan
pada pasien untuk terus menerus melakukan latihan rentang gerak secara
bertahap.
e) Kaji
ulang pengobatan yang diberikan.
3) Rasional
a) Menurunnya
perhatian dapat menurunkan kemampuan untuk menerima informasi.
b) Meningkatkan
penerimaan pasien terhadap kondisi penyakitnya.
c) Meningkatkan
proses penyembuhan dan meningkatkan pemasukan secara total.
d) Membantu
dalam menentukan fungsi atau otot.
e) Pemenuhan
dalam program pengobatan terjadwal perlu untuk mengatasi proses penyakit.
No comments:
Post a Comment