Wednesday, June 12, 2013

askep hepatitis



A.    Konsep Dasar Hepatitis
1.      Pengertian
Hepatitis adalah suatu keadaan inflamasi dan atau nekrosis hati. Hepatitis A merupakan penyebab terbanyak hepatitis virus tetapi tidak menimbulkan kronisitas (Freddy, 2007.  http:/www. koaskamar13. wordpress. com diperoleh tanggal 17 Juli 2008)
Menurut Arita Murwani, S. Kep (2008, hlm. 37), “Hepatitis adalah penyakit infeksi akut menular, dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati”.
“Hepatitis adalah inflamasi dan cedera pada hepar. Ini adalah reaksi hepar terhadap berbagai kondisi, terutama virus, obat-obatan dan alkohol “(Monica Ester, S. Kp, 2001, hal.93)
“Hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati, yang menyebabkan nekrosis dan de-generasi sel” (Charles J. Reeves, at all. 2001,hal 143)
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Hepatitis merupakan penyakit menular pada sistem pencernaan yang diawali dengan inflamasi pada jaringan hati dan akhirnya berakibat pada kerusakan fungsi hati penderita.

2.      Etiologi
Yang menjadi penyebab dari hepatitis tipe A (HAV) adalah virus hepatitis A, yaitu virus RNA kecil berdiameter 27 nm  yang dapat dideteksi didalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibody IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu infeksi HAV. Virus HAV dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah. Setelah masa akut, antibody IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya sehingga keadaan ini menunjukkan bahwa penderita pernah terinfeksi HAV di masa lalu. Penyebab lain seperti kebersihan dan sanitasi lingkungan yang jelek serta penurunan daya imun( Dr. Rob Hicks, 2007)
Gambar 2.4 virus hepatitis A (HAV)
(sumber http://www.wikipedia.com diambil tanggal 21 Juli 2008)



3.      Patofisiologi
Perjalanan penyakit hepatitis menurut Rusli Arifin (2008) dijelaskan berikut ini.
a.       Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobus dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
b.      Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
c.       Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
d.      Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Penjelasan tentang perjalanan penyakit hepatitis dapat dilihat pada skema 1.1 di berikut ini.








Skema 2.1 Patofisiologi Hepatitis
(sumber : Rusli Arifin. 2008.www.rusari.com diperoleh tanggal 21 Juli 2008)

4.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi atau yang timbul pada klien dengan hepatitis menurut Arif  Mansjoer (2001) dan Charlene J Reeves, et al. (2001) yaitu :
a.       Masa prodromal (pra – ikterik) dan gambaran klinik
Masa prodromal adalah masa sebelum terjadinya ikterus, yang dapat berlangsung selama 4 hari sampai 1 minggu. Masa pra – ikterik ini dapat lebih dari 1 minggu pada < 10 % kasus dan pada beberapa kasus dapat sampai 2 minggu. Berbagai gejala klasik gastrointestinal, traktus respiratorius dan gejala ekstra hepatik lainnya dapat dilihat dalam masa pra – ikterik ini. gejala yang paling banyak adalah lesu, lelah, anoreksi, nausea, muntah, rasa tidak nyaman di daerah kanan atas abdomen (Quadran kanan atas), demam (biasanya < 39ºC), merasa dingin, sakit kepala, gejala seperti flu, sakit tenggorokan dan batuk.
b.      Fase ikterik dan penyembuhan
Sebelum ikterus timbul, warna urin menjadi lebih gelap sampai seperti teh tua akibat ekskresi bilirubin ke dalam urin, dan warna tinja mungkin terlihat lebih pucat, akibat berkurannya ekskresi bilirubin ke dalam saluran cerna ; dan hati teraba membesar. Tanda penyakit pertama yang membawa penderita mencari pertolongan dokter biasanya adalah warna urin yang berwarna gelap dan ikterus.
c.       Fase post ikterik
Tanda klinik mencakup tak enak badan, mudah letih dan hepatomegal yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.

5.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini dilakukan agar diagnosa yang ditetapkan menjadi lebih akurat karena ada beberapa penyakit yang memiliki manifestasi klinis sama. Table 1.1 menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada penderita Hepatitis A yang dapat di lihat berikut ini.
Table 1.1. Pemeriksaan Diagnostik pada Penderita Hepatitis A
Jenis Pemeriksaan
Respon
anti-HAV IgM
HAV (+) IgM > 98%
HbsAG
Negatif
AST dan ALT (SGOT/ SGPT)
Memperlihatkan  derajat kerusakan hati ; ALT biasanya lebih tinggi dari pada AST
Protombin  time
Biasanya rendah kecuali mendasari adanya penyakit hati kronik atau ketika infeksi HAV berat atau perkembangan ke pada penyakit fulminant
Bilirubin  (total, direct, indirect
Frekuensi bilirubin meningkat
Albumin
Menunjukkan  kemampuan sintetis hati ; mungkin menurun pada penyakit yang berat
BUN, creatinin
Biasanya  normal, jika meningkat mungkin indikasi dehidrasi berat
Elektrolit
Normal, mungkin abdnormal jika terjadi dehidrasi
Glukosa
Hiperglikemia  transien / hipoglikemia (gangguan fungsi hati) 

(sumber : http//www.pier.acponline.org/physicians/public diambil tanggal 23 Juli 2008)

6.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita Hepatitis terdiri dari istirahat, diit, dan pengobatan medikamentosa (Arif Mansjoer, 2001 hal.514). Berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
a.       Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat karena pada kondisi-kondisi tertentu klien akan merasakan keletihan.
b.      Diit. Dapat diberikan diit hati II – III (diit tinggi lemak, tinggi karbohidrat serta rendah lemak). Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus RL. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein cukup (1g/ kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
Sedangkan menurut Sjahmien Moehji buku Ilmu Gizi 2 bahwa dalam diit penyakit hati harus terdapat protein dalam jumlah yang banyak untuk mengganti sel-sel hepar yang rusak dan mencegah penumpukan lemak dalam sel-sel hati. Pemberian  lemak dalam diit sebaiknya tidak terlalu banyak / dibatasi.
c.       Medikamentosa
1)      Kortikosteroid tidak diberikan karena menggangu transfer bilirubin yang mengakibatkan terjadinya retensi bilirubin dalam sel.
2)      Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati karena pada penderita Hepatitis, organ hati sudah tidak berfungsi normal. Contoh obat yang diberikan seperti Curcuma tablet, Methicol tablet, Methioson tablet.
3)      Jangan diberikan antiemetik, karena dapat menyebabkan konstipasi.
4)      Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecendrungan perdarahan.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Hepatitis A adalah :
a.       Pada penderita yang mengalami Diabetes Melitus, gagal jantung kongestif, dan anemia dibutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhan dikarenakan kondisi penyakitnya  tersebut.
b.      Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
c.        Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
B.     Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis dilakukan pendekatan yang sistematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan. Pendekatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan pemecahan masalah yang dihadapi klien baik yang bersifat bio, psiko sosiokultur dan spiritual dimana baik secara teori dan konsep keparawatan secara terpadu dalam tahap yang terorganisir. Adapaun tahap yang dilakukan adalah :
1.      Pengkajian Keperawatan
Menurut Doengoes (1999. Hal 534), dasar data pengkajian pasien dengan Hepatitis adalah :
a.       Aktivitas / istirahat
Gejala     : kelemahan, kelelahan, malaise umum
b.      Sirkulasi
Tanda     : Bradikardia (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada skelera, kulit, membrane mukosa
c.       Eliminasi
Gejala     : urine gelap, diare / konstipasi : feses warna tanah liat. Adanya / berulangnya hemodialisis.
d.      Makanan / cairan
Gejala     : hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema). Mual / muntah
Tanda     : asites
e.       Neurosensori
Tanda     : peka rangsang, cenderung tidur, latergi, asteriksis.
f.       Nyeri / kenyamanan
Gejala     : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, sakit kepala, gatal (pruriti).
Tanda     : otot tegang, gelisah.
g.      Pernapasan
Gejala     : tidak minat / enggan merokok (perokok)
h.      Keamanan
Gejala     : adanya transfusi darah / produk darah
Tanda                 : demam, urtikaria, lesi makulopapular, eritema tak-beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jarring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik)
i.        Seksualitas
Gejala                 : pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh homoseksual aktif / biseksual pada wanita).
j.        Penyuluhan / pembelajaran
Gejala                 : riwayat diketahui/ mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin


2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes (1999. Hal 536) diagnosa keperawatan pada penderita Hepatitis adalah :
a.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/ ketahanan, nyeri, mengalami kelebihan aktivitas ; depresi. Kemungkinan dibuktikan oleh penurunan kekuatan otot, menolak untuk bergerak.
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
a)      Menyatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu.
b)      Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali aktivitas, melaporkan kemampuan peningkatan toleransi aktivitas.
2)      Intervensi keperawatan :
a)      Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sesuai dengan keperluan.
b)      Ubah posisi dengan sering
c)      Berikan perawatan kulit yang baik
d)     Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
e)      Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi , bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / aktif
f)       Dorong penggunaan teknik menajemen stress
g)      Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
h)      Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai dengan indikasi tergantung pada pemajanan
i)        Berikan obat sesuai dengan indikasi; sedative, agen anti ansietas
j)        Awasi kadar enzim hati

b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk pemenuhan kebutuhan (anoreksia, mual, muntah). Gangguan absorpsi dan metabolisme pencernaan makanan, penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan. Peningkatan kebutuhan kalori / status hipermetabolik. Kemungkinan dibuktikan oleh enggan makan/ kurang minat terhadap makanan, nyeri abdomen, tonus otot buruk, penurunan berat badan
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
a)      Menunjukkan perubahan perilaku pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang sesuai
b)      Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
2)      Intervensi keperawatan :
a)      Awasi pemasukan diit / jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi paling besar
b)      Berikan perawatan mulut sebelum makan
c)      Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
d)     Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen karet sepanjang hari
e)      Konsul pada ahli diit, dukung tim nutrisi untuk memberikan diit sesuai dengan kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein sesuai dengan toleransi
f)       Awasi glukaosa darah
g)      Berikan obat sesuai dengan indikasi ; antiemetic, antasida, vitamin, terapi steroid.
h)      Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan

c.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites), gangguan proses pembekuan.
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisapan kapiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine individu sesuai.
2)      Intervensi keperawatan :
a)      Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan hari, catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
b)      Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
c)      Periksa asites atau pembentukan edema, ukur lingkar abdomen serta dengan indikasi.
d)     Biarkan pasien menggunakan lap katun / spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
e)      Observasi tanda perdarahan.
f)       Awasi nilai lab, missal Hb/ Ht, Albumin dan waktu pembekuan darah.
g)      Berikan cairan IV (glukosa), elektrolit, protein hidrolisat, vitamin K, antasida, obat-obat antidiare, plasma beku segar

d.      Harga diri rendah (situasional) berhubungan dengan gejala jengkel atau marah, terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan. Dapat dibuktikan oleh pernyataan perubahan pola hidup, takut penolakan/ reaksi orang lain, perasaan negative terhadap tubuh, perasaan tak berdaya.
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
a)      Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri  negative.
b)      Menyatakan penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan atau kebutuhan isolasi.
c)      Mengakui diri sebagai orang yang berguna. Bertanggung jawab pada diri sendiri.
2)      Intervensi keperawatan :
a)      Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi perasaan / masalah
b)      Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup.
c)      Diskusikan harapan penyembuhan.
d)     Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien atau orang terdekat.
e)      Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
f)       Anjurkan klien menggunakan warna merah terang, atau biru / hitam dari pada kuning atau hijau.
g)      Buat rujukan yang tepat untuk membantu sesuai dengan kebutuhan.

e.       Resiko tinggi infeksi  berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (contoh  leucopenia, penekanan respons inflamasi) dan depresi imun , malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada pathogen.
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
a)      Menyatakan pemahaman penyebab individu / faktor resiko.
b)      Menunjukkan teknik : melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang / transmisi ke orang lain.
2)      Intervensi keperawatan :
1)      Lakukan teknik isolasi untuk enteric dan pernafasan sesuai dengan kebijakan rumah sakit : termasuk cuci tangan.
2)      Awasi / batasi pengunjung sesuai dengan indikasi.
3)      Jelaskan prosedur isolasi pada pasien atau orang terdekat.
4)      Berikan informasi tentang adanya gamaglobulin, vaksin hepatitis , melalui departemen kesehatan atau dokter keluarga.
5)      Berikan obat sesuai dengan indikasi : obat antivirus, vidalun   (vira-A), antibiotik.

f.       Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
a)      Menunjukkan jaringan / kulit utuh, bebas ekskoriasi.
b)      Laporkan tak ada / penurunan prurutus / lecet.
2)      Intervensi keperawatan :
a)      Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji, hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
b)      Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk mengaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan melepas pakaian ketat, berikan eprai katun lembut.
c)      Berikan masase pada waktu tidur.
d)     Hindarkan komentar tentang penampilan pasien.
e)      Berikan obat indikasi ; Antihistamin.

g.      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan atau mengingat : salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi. Kemungkinan dibuktikan oleh pertanyaan-pertanyaan yang salah konsepsi, meminta informasi, tidak akurat mengikuti instruksi.
1)      Tujuan tindakan keperawatan :
a)      Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
b)      Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab.
c)      Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
2)      Intervensi keperawatan :
a)      Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan / prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
b)      Berikan informasi khusus tentang pencegahan / penularan penyakit.
c)      Rencanakan melalui aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.
d)     Bantu pasien mengidentifkasi aktivitas pengalihan.
e)      Dorong kesinambungan diit seimbang.
f)       Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus.
g)      Diskusikan efek samping dan bahaya minuman obat yang dijual bebas / diresepkan.
h)      Diskusikan pembatasan donatur darah.
i)        Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
j)        Kaji ulang pentingnya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minimum atau lebih lama sesuai toleransi individu.

No comments:

Post a Comment