A.
Konsep
Dasar Hepatitis
1.
Pengertian
Hepatitis
adalah suatu keadaan inflamasi dan atau nekrosis hati. Hepatitis A merupakan
penyebab terbanyak hepatitis virus tetapi tidak menimbulkan kronisitas (Freddy, 2007. http:/www. koaskamar13. wordpress. com
diperoleh tanggal 17 Juli 2008)
Menurut
Arita Murwani, S. Kep (2008, hlm. 37), “Hepatitis adalah penyakit infeksi akut
menular, dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada
hati”.
“Hepatitis
adalah inflamasi dan cedera pada hepar. Ini adalah reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi, terutama virus, obat-obatan dan alkohol “(Monica Ester, S.
Kp, 2001, hal.93)
“Hepatitis
adalah peradangan luas pada jaringan hati, yang menyebabkan nekrosis dan
de-generasi sel” (Charles J. Reeves, at all. 2001,hal 143)
Dari
beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Hepatitis
merupakan penyakit menular pada sistem pencernaan yang diawali dengan inflamasi
pada jaringan hati dan akhirnya berakibat pada kerusakan fungsi hati penderita.
2.
Etiologi
Yang
menjadi penyebab dari hepatitis tipe A (HAV) adalah virus hepatitis A, yaitu virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi didalam feses pada akhir
masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibody IgM anti-HAV
meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya
suatu infeksi HAV. Virus HAV dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah. Setelah
masa akut, antibody IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya
sehingga keadaan ini menunjukkan bahwa penderita pernah terinfeksi HAV di masa
lalu. Penyebab lain seperti kebersihan dan sanitasi
lingkungan yang jelek serta penurunan daya imun( Dr. Rob Hicks, 2007)
Gambar 2.4 virus
hepatitis A (HAV)
3.
Patofisiologi
Perjalanan penyakit hepatitis menurut
Rusli Arifin (2008) dijelaskan berikut ini.
a.
Inflamasi
yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobus dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya,
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
b.
Inflamasi
pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati.
c.
Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
d.
Tinja
mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Penjelasan tentang perjalanan penyakit hepatitis
dapat dilihat pada skema 1.1 di berikut ini.
Skema 2.1 Patofisiologi Hepatitis
(sumber : Rusli
Arifin. 2008.www.rusari.com diperoleh tanggal 21 Juli 2008)
4.
Manifestasi
Klinis
Manifestasi
klinis yang terjadi atau yang timbul pada klien dengan hepatitis menurut Arif Mansjoer (2001) dan Charlene J Reeves, et al.
(2001) yaitu :
a. Masa prodromal (pra – ikterik) dan
gambaran klinik
Masa prodromal adalah
masa sebelum terjadinya ikterus, yang dapat berlangsung selama 4 hari sampai 1
minggu. Masa pra – ikterik ini dapat lebih dari 1 minggu pada < 10 % kasus
dan pada beberapa kasus dapat sampai 2 minggu. Berbagai gejala klasik
gastrointestinal, traktus respiratorius dan gejala ekstra hepatik lainnya dapat
dilihat dalam masa pra – ikterik ini. gejala yang paling banyak adalah lesu,
lelah, anoreksi, nausea, muntah, rasa tidak nyaman di daerah kanan atas abdomen
(Quadran kanan atas), demam (biasanya < 39ºC), merasa dingin, sakit kepala,
gejala seperti flu, sakit tenggorokan dan batuk.
b.
Fase ikterik dan penyembuhan
Sebelum ikterus timbul,
warna urin menjadi lebih gelap sampai seperti teh tua akibat ekskresi bilirubin
ke dalam urin, dan warna tinja mungkin terlihat lebih pucat, akibat berkurannya
ekskresi bilirubin ke dalam saluran cerna ; dan hati teraba membesar. Tanda
penyakit pertama yang membawa penderita mencari pertolongan dokter biasanya
adalah warna urin yang berwarna gelap dan ikterus.
c.
Fase post ikterik
Tanda klinik mencakup
tak enak badan, mudah letih dan hepatomegal yang berlangsung selama beberapa
minggu atau bulan.
5.
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik ini dilakukan agar diagnosa yang ditetapkan menjadi lebih akurat
karena ada beberapa penyakit yang memiliki manifestasi klinis sama. Table 1.1
menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada penderita
Hepatitis A yang dapat di lihat berikut ini.
Table 1.1. Pemeriksaan
Diagnostik pada Penderita Hepatitis A
Jenis Pemeriksaan
|
Respon
|
anti-HAV IgM
|
HAV (+) IgM > 98%
|
HbsAG
|
Negatif
|
AST dan ALT (SGOT/
SGPT)
|
Memperlihatkan derajat kerusakan hati ; ALT biasanya lebih
tinggi dari pada AST
|
Protombin time
|
Biasanya rendah kecuali mendasari adanya
penyakit hati kronik atau ketika infeksi HAV berat atau perkembangan ke pada
penyakit fulminant
|
Bilirubin (total, direct, indirect
|
Frekuensi bilirubin meningkat
|
Albumin
|
Menunjukkan kemampuan sintetis hati ; mungkin menurun
pada penyakit yang berat
|
BUN, creatinin
|
Biasanya normal, jika meningkat mungkin indikasi
dehidrasi berat
|
Elektrolit
|
Normal, mungkin abdnormal jika terjadi
dehidrasi
|
Glukosa
|
Hiperglikemia transien / hipoglikemia (gangguan fungsi hati)
|
6.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pada penderita Hepatitis terdiri dari istirahat, diit, dan pengobatan
medikamentosa (Arif Mansjoer, 2001 hal.514). Berikut ini akan dijelaskan satu
persatu.
a.
Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan
cukup istirahat karena pada kondisi-kondisi tertentu klien akan merasakan
keletihan.
b.
Diit. Dapat diberikan diit hati II – III (diit tinggi
lemak, tinggi karbohidrat serta rendah lemak). Jika pasien mual, tidak nafsu
makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus RL. Jika sudah tidak mual
lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan protein
cukup (1g/ kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
Sedangkan menurut Sjahmien Moehji buku
Ilmu Gizi 2 bahwa dalam diit penyakit hati harus terdapat protein dalam jumlah
yang banyak untuk mengganti sel-sel hepar yang rusak dan mencegah penumpukan
lemak dalam sel-sel hati. Pemberian lemak dalam diit sebaiknya tidak terlalu
banyak / dibatasi.
c.
Medikamentosa
1)
Kortikosteroid
tidak diberikan karena menggangu transfer bilirubin yang mengakibatkan terjadinya
retensi bilirubin dalam sel.
2)
Berikan
obat-obat yang bersifat melindungi hati karena pada penderita Hepatitis, organ
hati sudah tidak berfungsi normal. Contoh obat yang diberikan seperti Curcuma
tablet, Methicol tablet, Methioson tablet.
3)
Jangan
diberikan antiemetik, karena dapat menyebabkan konstipasi.
4)
Vitamin
K diberikan pada kasus dengan kecendrungan perdarahan.
Komplikasi
yang dapat terjadi pada penderita Hepatitis A adalah :
a.
Pada
penderita yang mengalami Diabetes Melitus, gagal jantung kongestif, dan anemia
dibutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhan dikarenakan kondisi penyakitnya tersebut.
b.
Ensefalopati
hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
c.
Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas
akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.
B.
Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis
Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Hepatitis dilakukan
pendekatan yang sistematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan.
Pendekatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan pemecahan masalah yang
dihadapi klien baik yang bersifat bio, psiko sosiokultur dan spiritual dimana
baik secara teori dan konsep keparawatan secara terpadu dalam tahap yang
terorganisir. Adapaun tahap yang dilakukan adalah :
1.
Pengkajian
Keperawatan
Menurut Doengoes
(1999. Hal 534), dasar data pengkajian pasien dengan Hepatitis adalah :
a.
Aktivitas
/ istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan, malaise umum
b.
Sirkulasi
Tanda : Bradikardia (hiperbilirubinemia berat).
Ikterik pada skelera, kulit, membrane mukosa
c.
Eliminasi
Gejala : urine gelap, diare / konstipasi : feses
warna tanah liat. Adanya / berulangnya hemodialisis.
d.
Makanan
/ cairan
Gejala : hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan
berat badan atau meningkat (edema). Mual / muntah
Tanda : asites
e.
Neurosensori
Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, latergi,
asteriksis.
f.
Nyeri
/ kenyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran
kanan atas, sakit kepala, gatal (pruriti).
Tanda : otot tegang, gelisah.
g.
Pernapasan
Gejala : tidak minat / enggan merokok (perokok)
h.
Keamanan
Gejala : adanya transfusi darah / produk darah
Tanda : demam, urtikaria, lesi
makulopapular, eritema tak-beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma
jarring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis
alkoholik)
i.
Seksualitas
Gejala : pola hidup / perilaku
meningkatkan resiko terpajan (contoh homoseksual aktif / biseksual pada
wanita).
j.
Penyuluhan
/ pembelajaran
Gejala : riwayat diketahui/ mungkin
terpajan pada virus, bakteri atau toksin
2.
Diagnosa
Keperawatan
Menurut Doengoes
(1999. Hal 536) diagnosa keperawatan pada penderita Hepatitis adalah :
a.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan kekuatan/ ketahanan,
nyeri, mengalami kelebihan aktivitas ; depresi. Kemungkinan dibuktikan oleh
penurunan kekuatan otot, menolak untuk bergerak.
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
a)
Menyatakan
pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu.
b)
Menunjukkan
teknik / perilaku yang memampukan kembali aktivitas, melaporkan kemampuan
peningkatan toleransi aktivitas.
2)
Intervensi
keperawatan :
a)
Tingkatkan
tirah baring / duduk. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sesuai
dengan keperluan.
b)
Ubah
posisi dengan sering
c)
Berikan
perawatan kulit yang baik
d)
Lakukan
tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
e)
Tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi , bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif
/ aktif
f)
Dorong
penggunaan teknik menajemen stress
g)
Awasi
terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
h)
Berikan
antidot atau bantu dalam prosedur sesuai dengan indikasi tergantung pada
pemajanan
i)
Berikan
obat sesuai dengan indikasi; sedative, agen anti ansietas
j)
Awasi
kadar enzim hati
b.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
pemenuhan kebutuhan (anoreksia, mual, muntah). Gangguan absorpsi dan metabolisme
pencernaan makanan, penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
Peningkatan kebutuhan kalori / status hipermetabolik. Kemungkinan dibuktikan
oleh enggan makan/ kurang minat terhadap makanan, nyeri abdomen, tonus otot
buruk, penurunan berat badan
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
a)
Menunjukkan
perubahan perilaku pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan berat
badan yang sesuai
b)
Menunjukkan
peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan
bebas tanda malnutrisi
2)
Intervensi
keperawatan :
a)
Awasi
pemasukan diit / jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan makanan pagi paling besar
b)
Berikan
perawatan mulut sebelum makan
c)
Anjurkan
makan pada posisi duduk tegak
d)
Dorong
pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen karet sepanjang hari
e)
Konsul
pada ahli diit, dukung tim nutrisi untuk memberikan diit sesuai dengan
kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein sesuai dengan toleransi
f)
Awasi
glukaosa darah
g)
Berikan
obat sesuai dengan indikasi ; antiemetic, antasida, vitamin, terapi steroid.
h)
Berikan
tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan
c.
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga (asites), gangguan proses
pembekuan.
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
Mempertahankan
hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik,
pengisapan kapiler, nadi perifer kuat, dan haluaran urine individu sesuai.
2)
Intervensi
keperawatan :
a)
Awasi
masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan hari, catat kehilangan
melalui usus, contoh muntah dan diare.
b)
Kaji
tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane
mukosa.
c)
Periksa
asites atau pembentukan edema, ukur lingkar abdomen serta dengan indikasi.
d)
Biarkan
pasien menggunakan lap katun / spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
e)
Observasi
tanda perdarahan.
f)
Awasi
nilai lab, missal Hb/ Ht, Albumin dan waktu pembekuan darah.
g)
Berikan
cairan IV (glukosa), elektrolit, protein hidrolisat, vitamin K, antasida,
obat-obat antidiare, plasma beku segar
d.
Harga
diri rendah (situasional) berhubungan dengan gejala jengkel atau marah,
terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan. Dapat dibuktikan oleh
pernyataan perubahan pola hidup, takut penolakan/ reaksi orang lain, perasaan
negative terhadap tubuh, perasaan tak berdaya.
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
a)
Mengidentifikasi
perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri negative.
b)
Menyatakan
penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan atau kebutuhan isolasi.
c)
Mengakui
diri sebagai orang yang berguna. Bertanggung jawab pada diri sendiri.
2)
Intervensi
keperawatan :
a)
Kontrak
dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi perasaan / masalah
b)
Hindari
membuat penilaian moral tentang pola hidup.
c)
Diskusikan
harapan penyembuhan.
d)
Kaji
efek penyakit pada faktor ekonomi pasien atau orang terdekat.
e)
Tawarkan
aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
f)
Anjurkan
klien menggunakan warna merah terang, atau biru / hitam dari pada kuning atau
hijau.
g)
Buat
rujukan yang tepat untuk membantu sesuai dengan kebutuhan.
e.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat (contoh leucopenia,
penekanan respons inflamasi) dan depresi imun , malnutrisi, kurang pengetahuan
untuk menghindari pemajanan pada pathogen.
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
a)
Menyatakan
pemahaman penyebab individu / faktor resiko.
b)
Menunjukkan
teknik : melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang / transmisi
ke orang lain.
2)
Intervensi
keperawatan :
1)
Lakukan
teknik isolasi untuk enteric dan pernafasan sesuai dengan kebijakan rumah sakit
: termasuk cuci tangan.
2)
Awasi
/ batasi pengunjung sesuai dengan indikasi.
3)
Jelaskan
prosedur isolasi pada pasien atau orang terdekat.
4)
Berikan
informasi tentang adanya gamaglobulin, vaksin hepatitis , melalui departemen
kesehatan atau dokter keluarga.
5)
Berikan
obat sesuai dengan indikasi : obat antivirus, vidalun (vira-A), antibiotik.
f.
Resiko
tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
a)
Menunjukkan
jaringan / kulit utuh, bebas ekskoriasi.
b)
Laporkan
tak ada / penurunan prurutus / lecet.
2)
Intervensi
keperawatan :
a)
Gunakan
air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji, hindari sabun alkali. Berikan
minyak kalamin sesuai indikasi.
b)
Anjurkan
menggunakan buku-buku jari untuk mengaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan
kuku jari terpotong pendek pada pasien koma atau selama jam tidur. Anjurkan melepas
pakaian ketat, berikan eprai katun lembut.
c)
Berikan
masase pada waktu tidur.
d)
Hindarkan
komentar tentang penampilan pasien.
e)
Berikan
obat indikasi ; Antihistamin.
g.
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan atau mengingat : salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi. Kemungkinan dibuktikan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang salah konsepsi, meminta informasi, tidak akurat
mengikuti instruksi.
1)
Tujuan
tindakan keperawatan :
a)
Menyatakan
pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
b)
Mengidentifikasi
hubungan tanda / gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab.
c)
Melakukan
perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
2)
Intervensi
keperawatan :
a)
Kaji
tingkat pemahaman proses penyakit, harapan / prognosis, kemungkinan pilihan
pengobatan.
b)
Berikan
informasi khusus tentang pencegahan / penularan penyakit.
c)
Rencanakan
melalui aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.
d)
Bantu
pasien mengidentifkasi aktivitas pengalihan.
e)
Dorong
kesinambungan diit seimbang.
f)
Identifikasi
cara untuk mempertahankan fungsi usus.
g)
Diskusikan
efek samping dan bahaya minuman obat yang dijual bebas / diresepkan.
h)
Diskusikan
pembatasan donatur darah.
i)
Tekankan
pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
j)
Kaji
ulang pentingnya menghindari alkohol selama 6 – 12 bulan minimum atau lebih
lama sesuai toleransi individu.
No comments:
Post a Comment