Wednesday, June 12, 2013

askep TB paru



A.    Konsep Dasar Tuberkulosais Paru
1.      Pengertian
Tuberkulosis (TB ) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Arif Mansjoer, 1999, hal :472)
Tuberkulasi adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel ( Dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D. 1994. hal : 754)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis atau basil tuberkel, yang tahan asam ( dr. Jan tambayong, 2000, hal : III)
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat di simpulkan bahwa tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh micobakterium tuberculosis.




 







Gambar 2.4. Bakteri Tuberculosis
www.sciencedaily.com diperoleh tanggal 25-07-2008

2.      Etiologi
Penyebab penyakitnya ialah penyakit basil tuberkulosis yang ditemukan oleh Robert koch dalam tahun 1882. basil ini bersifat tahan asam.
Bakteri  ini  merupakan  basil  yang  sangat  kuat  sehingga memerlukan   waktu  lama  untuk mengobatinya. Bakteri ini sering menginfeksi organ paru-paru di bandingkan bagian tubuh yang lain.kuman tuberculosis ini akan cepat mati apabila terkena sinar ultraviolet secara langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan  tubuh  kuman  ini  dapat  tertidur  lama  selama  beberapa  tahun.

3.      Patofisiologi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan basil mycobaterium tuberkulasi atau basil tuberkel tahan asam. Bila seseorang yang belum pernah terpapar pada TB, menghirup cukup banyak basil tuberkel ke dalam alveoli maka terjadilah infeksi tuberkulosis. Reaksi tubuh terhadap basil tuberkel tergantung pada kerentanan orang tersebut, besarnya dosis yang masuk dan virulensi organisme, peradaban terjadi didalam alveoli (parenkim) paru dan pertahanan tubuh alami berusaha melawan infeksi itu. Mogrofag menangkap organisme itu, lalu di bawa ke sel tubuh. Proses radang dan reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer. Dibagian tengah nodul terdapat basil makanan, mengalami nekrosis, bagian tengahnya kekurangan makanan, mengalami nekrosis. Bagian nekrotik tengah ini dapat mengapur atau mencair, bila pada foto thorak hanya tampak nodul yang telah mengalami perkapuran, maka nodul ini dikenal sebagai tuberkel ghon. Adanya tuberkel ghon disertai pembesaran kelenjar limfe di hilus paru bersama-sama disebut sebagai kompek primer.
Klasifikasi Tuberkulasi
Kelas 0      :  Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna)
Kelas 1      :  terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti infeksi (riwayat terpapar, reaksi tes kulit tuberkulin tidak bermakna)
Kelas 2      :  ada infeksi tuberkulin, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin bermakna, pemeriksaan bakteri (-), tidak ada bukti klinik maupun radiografik)
Kelas 3      :  tuberkulosis : saat ini sedang sakit ( M.Tuberkulosis ada dalam biakan, selain itu reaksi tes tuberkulin bermakna dan / atau bukti radioagrafik tentang adanya penyakit).
Kelas 4      :  Tuberkuloris : saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna. Pemeriksaan bakteriologis bila dilakukan (-). Tidak ada bukti klinik dan radiografik tentang adanya penyakit pada saat ini ).
Kelas 5      :  Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis

4.      Gejala-gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.
Keluhan yang terbanyak adalah :
a.       Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C. keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b.      Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul perubahan menjadi produktif (menghasilkan sputum)  keadaan lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.



c.       Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan di temukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infitrasinya sudah setengah bagian paru-paru
d.      Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul karena infitrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e.       Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

5.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Laboratorium
1)      Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan. Pada saat tuberkullosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi. Jumlah limfosit masih dibawah normal. Laju endapan darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endapan darah mulai turun ke arah normal lagi.
2)      Sputun
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukanya kuman, maka diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positif bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu endapan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.
3)      Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih dipakai untuk membantu menegakkan diagnosisa tuaberkulosis terutama pada anak-anak (balita). dasar tes tuber kullin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman potogen baik yang virulen ataupun tidak (mycobacterium tuberkulosis atau BCG)
b.      Pemeriksaan Radiografik
Pemeriksaan radiografi seringkali menujukkan adanya tuberkulosis, tetapi hampir tidak dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini saja karena hampir semua manifestasi tuberkulosis dapat menyerupai penyakit-penyakit lain.
6.      Pengobatan
Obat-obat paling penting dalam pengobatan tuberkulosis adalah isoniazid (H), Rifampisin ®, Pyrazinamide(Z), Streptomysine (S) dan Etambutol (E). oleh karena itu penggunaan Rifompisiun dan streptomycin untuk penyakit lain hendaknya dihindari dalam rangka mencegah timbulnya resistensi kuman.
Panduan OAT yang dipakai program sesuai rekomendasi WHO berupa panduan OAT jangka pendek terdiri dari 3 kategori yaitu : kategori -1, kategori -2, kategori -3
Setiap kategori terdiri dari 2 fase pemberian yaitu fase awal / intensif dan fase lanjutan / intermiten. Adapaun perincian OAT program adalah sebagai berikut :
Kategori -1 ( 2 HRZE / 4 H3R3 ) di berikan untuk
a.       Penderita baru BTA (+)
b.      Penderita baru BTA (-) / rontgen positif yang sakit berat.
Tata cara pemberiannya lihat tabel berikut ini :

Tabel 1
Dosis Dan Jumlah Butir Pemakaian Obat Kategori 1
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
FASE AWAL/INTESNIF SETIAP HARI
FASE LANJUTAN/INTERMITEN SEMINGGU 3 KALI
TOTAL KALI HARI MINUM OBAT
Dosis
Butir
Butir per hari
Lama pengobatan (bulan)
Kali/hari minum obat
Dosis
Butir
Butir per hari
Lama pengobatan (bulan)
Kali/hari minum obat
2 HRZE H3RE
H  : Isoniasid
        @ 300 mg
R  : Rifampisin
        @ 450 mg
Z  : Pirazinamid
        @ 500 mg
E  : Etambutol
       @ 250 mg


300 mg

450 mg

1.500 mg

750 mg


1

1

3

3




8




2




60


600 mg

450 mg


2

1




-  3




4




54





114

Untuk seorang penderita baru BTA positif (114 kali dosis harian ), disediakan OAT untuk fase awal  60 kompibak II dan untuk fase lanjutan 54 kombipak II yang masing-masing dikemas dalam 1 dosis kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.
Kategori -2 ( HRZES / HRZE / 5 H3R3E3 )
Obat ini diberikan kepada penderita BTA positif yang sudah pernah makan OAT selama lebih sebulan termasuk kelompok yang mendapat obat kategori -2 ialah penderita ;
a. Kambuh ( relaps ) BTA positif
b.Gagal (Fairule) BTA positif
c. Lain-lain BTA positif
Tata cara pemberiannya lihat tabel berikut ini
Tabel 2
Dosis Dan Jumlah Butir Pemakaian Obat Kategori 2
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
FASE AWAL/INTESNIF SETIAP HARI
FASE LANJUTAN/INTERMITEN SEMINGGU 3 KALI
TOTAL KALI HARI MINUM OBAT
Dosis
Butir
Butir per hari
Lama pengobatan (bulan)
Kali/hari minum obat
Dosis
Butir
Butir per hari
Lama pengobatan (bulan)
Kali/hari minum obat
2 HRZE/HRZE/5H3R3E3
S  : Streptomisin . 1.5 gt
H : Isomaswig
      @ 300 mg
R  : Rifampisin
       @ 450 mg
Z  : Pirazinamid
       @ 500 mg
E  : etambutol


750 mg

300 mg

450 mg

1.500 mg
750 mg



1

1

3

3





8


2


3


60


90



600 mg

450 mg



1.250 mg


2

1




3




6




5




66





156

Untuk seorang penderita kambuh atau gagal pengobatan BTA positif, disediakan OAT untuk fase awal 90 kombipak II dan fase lanjutan 66 kombipak IV dikemas dalam 1 dos disertai 1 dos streptomisin dan 1 dos pelengkap pengobatan
Kategori -3 ( 2 HRZ / 4 H3R3 ) untuk :
a.       Penderita baru BTA negatif / rontgen positif
b.      Penderita ekstra paru ringan :
Tata cara pemberiannya di lihat tabel berikut :


Tabel 3
Dosis Dan Jumlah Butir Pemakaian Obat Kategori 3
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
FASE AWAL/INTESNIF SETIAP HARI
FASE LANJUTAN/INTERMITEN SEMINGGU 3 KALI
TOTAL KALI HARI MINUM OBAT
Dosis
Butir
Butir per hari
Lama pengobatan (bulan)
Kali/hari minum obat
Dosis
Butir
Butir per hari
Lama pengobatan (bulan)
Kali/hari minum obat
2 HRZ/2 H3R3
H  : Isomasid
       @ 300 mg
R  : Ritampisin
       @ 450 mg
Z  : Pirazinamid
       @ 500 mg


300 mg

450 mg

1.500 mg


1

1

3




5




2 bulan




60



600 mg
450 mg



2
1




   3






4 
bulan







54






114




Sehingga untuk 1 penderita BTA negatif/rontgen positif atau ekstra paru (114 kali dosis harian ), disediakan OAT untuk fase awal 60 kolompok 1 dan fase lanjutan 54 kelompok  III yang masing-masing dikemas dalam 1 dos kecil dan disajikan dalam 1 dos besar.
OAT sisipan (HRZE)
Bila pemberian pengobatan kategori 1 dan kategori 2 pada fase awal / intensif masih BTA (+) diberikan obat sisipan 1 bulan setia hari.
Tata cara pemberian lihat tabel berikut :

Tabel 4
Dosis Dan Jumlah Butir Pemakaian Oat Sisipan
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
FASE AWAL /INTESNIF SETIAP HARI
Dosis
Butir
Butir per Hari
Lama Pengobatan
Kali/hari Minum Obat
HRZE
H  : Isiniasid, @ 300 mg
R  : Rifampisin, @ 450 mg
Z  : Pirazinamid, @ 500 mg
E  : Etambutol, @ 250 mg

300 mg
450 mg
1.500 mg
750 mg

1
1
3
3


8


1
Bulan



30

C. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien dengan TB Paru.
Asuhan keperawatan dilakukan secara sistematis dan berkesinabungan yang meliputi seluruh aspek bio, psiko, sosial budaya dan Spritual sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses pendekatan Keperawatan.
Adapun langkah-langkah proses Keperawatan tersebut meliputi :
1.      Kajian
-          Aktivitas / istirahat
Gejala           :  Kelelahan dan kelemahan
                        Napas pendek
                        Demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat
Tanda           :  Takikardia, Takipnea / dispenea
                        Kelelahan otot, nyeri dan sesak
-          Integritas Ego
Gejala           :  adanya / faktor stres
                        Masalah keuangan, rumah
                        Perasaan tak berdaya / tak ada harapan
Tanda           :  Menyangkal
                        Ansietas, ketakutan
-          Makanan / cairan
Gejala           :  Kehilangan nafsu makan
                        Penuruanan BB
Tanda           :  turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik
                        Kehilangan otot ( hilang lemak subkutan)
-          Nyeri / kenyamanan
Gejala           :  nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda           :  Berhati-hati pada area yang sakit
                        Perilaku distraksi, gelisah
-          Pernapasan
Gejala           :  Batuk  produktif atau tak produktif
                        Napas pendek
                        Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi
Tanda           :  peningkatan frekuensi pernapasan
                        Pengembangan pernapasan tidak simetris (efusi pleura) karakteristik sputum : hijau / purulen atau bercak darah.
-          Keamanan
Gejala           :  adanya kondisi penekanan imun, contoh kanker tes HIV positif
Tanda           :  demam rendah atau sakit panas akut
-          Interaksi Sosial
Gejala           :  perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular
2.      Diagnosa Keperawan
Adapun diagnosa keperawan yang muncul pada klien TB paru
    1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan / penekanan proses inflamasi, pertahanan primer tak adekuat.
    2. Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental
    3. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
    5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
3.      Perencanaan Keperawatan
Adapun perencanaan keperawatan berdasarkan masing-masing diagnosa adalah :
a.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan  penuruanan pertahanan / penekanan proses inflamasi.
Tujuan yang diharapkan : penyebaran infeksi tidak terjadi  
Intervensi keperawatan:
-          Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan
-          Anjurkan pasien untuk batuk / bersin pada tisu dengan menghindari meludah.
-          Awasi suhu sesuai indikasi
-          Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
Tujuan yang diharapkan : pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat dengan menghindari makanan pengiritasi.
Intervensi keperawatan :
-          Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tak disukai
-          Awasi masukan /pengeluaran dan BB secara periodik
-          Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
-          Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
-          Kolaborasi untuk rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
c.       Resiko Tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan yang diharapkan : bebas dari gejala distres – pernapasan
Intervensi keperawatan :
-          Kaji dispnea, takipnea, tak normal / menurunnya bunyi napas
-          Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis atau perubahan warna kulit
-          Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas
-          Kolaborasi, berikan oksigen tambahan yang sesuai.
d.      Kurang Pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Tujuan yang diharapkan : menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi keperawatan :
-          Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan masukan cairan yang adekuat.
-          Berikan intruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat
-          Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian dan alasan pengobatan yang lama.
-          Kaji potensial efek samping pengobatan
-          Tekankan untuk tidak merokok dan minum alkohol.
4.      Implementasi
Adapun langkah atau petunjuk dalam tahap pelaksanaan adalah persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
5.      Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi harus sesuai waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam pernyataan tujuan.

No comments:

Post a Comment