A. Konsep Dasar Tuberkulosais
Paru
1.
Pengertian
Tuberkulosis (TB ) paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala
yang sangat bervariasi. (Arif Mansjoer, 1999, hal :472)
Tuberkulasi adalah penyakit yang
dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel ( Dr. Arjatmo Tjokronegoro,
Ph.D. 1994. hal : 754)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis atau basil tuberkel,
yang tahan asam ( dr. Jan tambayong, 2000, hal : III)
Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut maka dapat di simpulkan bahwa tuberculosis paru adalah penyakit
infeksi yang di sebabkan oleh micobakterium tuberculosis.
Gambar 2.4. Bakteri Tuberculosis
www.sciencedaily.com
diperoleh tanggal 25-07-2008
2.
Etiologi
Penyebab penyakitnya ialah penyakit
basil tuberkulosis yang ditemukan oleh Robert koch dalam tahun 1882. basil ini
bersifat tahan asam.
Bakteri ini
merupakan basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri
ini sering menginfeksi organ paru-paru di bandingkan bagian tubuh yang
lain.kuman tuberculosis ini akan cepat mati apabila terkena sinar ultraviolet
secara langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat tertidur
lama selama beberapa
tahun.
3.
Patofisiologi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan basil mycobaterium tuberkulasi atau basil tuberkel
tahan asam. Bila seseorang yang belum pernah terpapar pada TB, menghirup cukup
banyak basil tuberkel ke dalam alveoli maka terjadilah infeksi tuberkulosis.
Reaksi tubuh terhadap basil tuberkel tergantung pada kerentanan orang tersebut,
besarnya dosis yang masuk dan virulensi organisme, peradaban terjadi didalam
alveoli (parenkim) paru dan pertahanan tubuh alami berusaha melawan infeksi
itu. Mogrofag menangkap organisme itu, lalu di bawa ke sel tubuh. Proses radang
dan reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel
primer. Dibagian tengah nodul terdapat basil makanan, mengalami nekrosis,
bagian tengahnya kekurangan makanan, mengalami nekrosis. Bagian nekrotik tengah
ini dapat mengapur atau mencair, bila pada foto thorak hanya tampak nodul yang
telah mengalami perkapuran, maka nodul ini dikenal sebagai tuberkel ghon.
Adanya tuberkel ghon disertai pembesaran kelenjar limfe di hilus paru bersama-sama
disebut sebagai kompek primer.
Klasifikasi Tuberkulasi
Kelas 0 : Tidak
ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar, reaksi
terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna)
Kelas 1 : terpapar
tuberkulosis, tidak ada bukti infeksi (riwayat terpapar, reaksi tes kulit
tuberkulin tidak bermakna)
Kelas 2 : ada
infeksi tuberkulin, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin
bermakna, pemeriksaan bakteri (-), tidak ada bukti klinik maupun radiografik)
Kelas 3 : tuberkulosis
: saat ini sedang sakit ( M.Tuberkulosis ada dalam biakan, selain itu reaksi
tes tuberkulin bermakna dan / atau bukti radioagrafik tentang adanya penyakit).
Kelas 4 : Tuberkuloris
: saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat pengobatan
pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil pada orang
yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna. Pemeriksaan bakteriologis bila
dilakukan (-). Tidak ada bukti klinik dan radiografik tentang adanya penyakit
pada saat ini ).
Kelas 5 : Orang
dicurigai mendapatkan tuberkulosis
4.
Gejala-gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali.
Keluhan yang terbanyak adalah :
a.
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam
influenza. Tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C. keadaan ini
sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk.
b.
Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering kemudian setelah timbul perubahan menjadi produktif (menghasilkan
sputum) keadaan lanjut adalah berupa
batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c.
Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru
tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan di temukan pada penyakit
yang sudah lanjut, dimana infitrasinya sudah setengah bagian paru-paru
d.
Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.
Nyeri dada timbul karena infitrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e.
Malaise
Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
5.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium
1)
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat
perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan. Pada saat tuberkullosis baru
mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi. Jumlah
limfosit masih dibawah normal. Laju endapan darah mulai meningkat. Bila
penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit normal dan jumlah limfosit masih tetap
tinggi. Laju endapan darah mulai turun ke arah normal lagi.
2)
Sputun
Pemeriksaan sputum adalah penting
karena dengan ditemukanya kuman, maka diagnosis tuberkulosis sudah dapat
dipastikan. Kriteria sputum BTA positif bila sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada satu endapan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman
dalam 1 ml sputum.
3)
Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini
masih dipakai untuk membantu menegakkan diagnosisa tuaberkulosis terutama pada
anak-anak (balita). dasar tes tuber kullin ini adalah reaksi alergi tipe
lambat. Pada penularan dengan kuman potogen baik yang virulen ataupun tidak
(mycobacterium tuberkulosis atau BCG)
b.
Pemeriksaan Radiografik
Pemeriksaan radiografi seringkali
menujukkan adanya tuberkulosis, tetapi hampir tidak dapat membuat diagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini saja karena hampir semua manifestasi tuberkulosis
dapat menyerupai penyakit-penyakit lain.
6.
Pengobatan
Obat-obat paling penting dalam
pengobatan tuberkulosis adalah isoniazid (H), Rifampisin ®, Pyrazinamide(Z),
Streptomysine (S) dan Etambutol (E). oleh karena itu penggunaan Rifompisiun dan
streptomycin untuk penyakit lain hendaknya dihindari dalam rangka mencegah
timbulnya resistensi kuman.
Panduan OAT yang dipakai program
sesuai rekomendasi WHO berupa panduan OAT jangka pendek terdiri dari 3 kategori
yaitu : kategori -1, kategori -2, kategori -3
Setiap kategori terdiri dari 2 fase
pemberian yaitu fase awal / intensif dan fase lanjutan / intermiten. Adapaun
perincian OAT program adalah sebagai berikut :
Kategori -1 ( 2 HRZE / 4 H3R3 ) di berikan untuk
a.
Penderita baru BTA (+)
b.
Penderita baru BTA (-) /
rontgen positif yang sakit berat.
Tata cara pemberiannya lihat tabel berikut ini :
Tabel 1
Dosis Dan Jumlah Butir
Pemakaian Obat Kategori 1
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
|
FASE AWAL/INTESNIF SETIAP HARI
|
FASE LANJUTAN/INTERMITEN SEMINGGU 3 KALI
|
TOTAL KALI HARI MINUM OBAT
|
||||||||
Dosis
|
Butir
|
Butir per hari
|
Lama pengobatan (bulan)
|
Kali/hari minum obat
|
Dosis
|
Butir
|
Butir per hari
|
Lama pengobatan (bulan)
|
Kali/hari minum obat
|
||
2 HRZE H3RE
H : Isoniasid
@ 300
mg
R : Rifampisin
@ 450
mg
Z :
Pirazinamid
@ 500
mg
E : Etambutol
@ 250 mg
|
300 mg
450 mg
1.500 mg
750 mg
|
1
1
3
3
|
8
|
2
|
60
|
600 mg
450 mg
|
2
1
|
- 3
|
4
|
54
|
114
|
Untuk seorang penderita baru BTA
positif (114 kali dosis harian ), disediakan OAT untuk fase awal 60 kompibak II dan untuk fase lanjutan 54 kombipak
II yang masing-masing dikemas dalam 1 dosis kecil dan disatukan dalam 1 dos
besar.
Kategori -2 ( HRZES / HRZE / 5 H3R3E3 )
Obat ini diberikan kepada penderita BTA positif yang
sudah pernah makan OAT selama lebih sebulan termasuk kelompok yang mendapat
obat kategori -2 ialah penderita ;
a.
Kambuh ( relaps ) BTA positif
b.Gagal (Fairule) BTA positif
c.
Lain-lain BTA positif
Tata cara pemberiannya lihat tabel berikut ini
Tabel 2
Dosis Dan Jumlah Butir
Pemakaian Obat Kategori 2
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
|
FASE AWAL/INTESNIF SETIAP HARI
|
FASE LANJUTAN/INTERMITEN SEMINGGU 3 KALI
|
TOTAL KALI HARI MINUM OBAT
|
||||||||
Dosis
|
Butir
|
Butir per hari
|
Lama pengobatan (bulan)
|
Kali/hari minum obat
|
Dosis
|
Butir
|
Butir per hari
|
Lama pengobatan (bulan)
|
Kali/hari minum obat
|
||
2 HRZE/HRZE/5H3R3E3
S :
Streptomisin . 1.5 gt
H : Isomaswig
@ 300 mg
R : Rifampisin
@ 450 mg
Z :
Pirazinamid
@ 500 mg
E : etambutol
|
750 mg
300 mg
450 mg
1.500 mg
750 mg
|
1
1
3
3
|
8
|
2
3
|
60
90
|
600 mg
450 mg
1.250 mg
|
2
1
3
|
6
|
5
|
66
|
156
|
Untuk seorang penderita kambuh atau
gagal pengobatan BTA positif, disediakan OAT untuk fase awal 90 kombipak II dan
fase lanjutan 66 kombipak IV dikemas dalam 1 dos disertai 1 dos streptomisin
dan 1 dos pelengkap pengobatan
Kategori -3 ( 2 HRZ / 4 H3R3 ) untuk :
a.
Penderita baru BTA negatif /
rontgen positif
b.
Penderita ekstra paru ringan :
Tata cara pemberiannya di lihat tabel berikut :
Tabel 3
Dosis Dan Jumlah Butir
Pemakaian Obat Kategori 3
MACAM PADUAN DAN DOSIS OAT
|
FASE AWAL/INTESNIF SETIAP HARI
|
FASE LANJUTAN/INTERMITEN SEMINGGU 3 KALI
|
TOTAL KALI HARI MINUM OBAT
|
||||||||
Dosis
|
Butir
|
Butir per hari
|
Lama pengobatan (bulan)
|
Kali/hari minum obat
|
Dosis
|
Butir
|
Butir per hari
|
Lama pengobatan (bulan)
|
Kali/hari minum obat
|
||
2 HRZ/2 H3R3
H : Isomasid
@ 300 mg
R : Ritampisin
@ 450 mg
Z :
Pirazinamid
@ 500 mg
|
300 mg
450 mg
1.500 mg
|
1
1
3
|
5
|
2 bulan
|
60
|
600 mg
450 mg
|
2
1
|
3
|
4
bulan
|
54
|
114
|
Sehingga untuk 1 penderita BTA
negatif/rontgen positif atau ekstra paru (114 kali dosis harian ), disediakan
OAT untuk fase awal 60 kolompok 1 dan fase lanjutan 54 kelompok III yang masing-masing dikemas dalam 1 dos
kecil dan disajikan dalam 1 dos besar.
OAT sisipan (HRZE)
Bila pemberian pengobatan kategori 1 dan kategori 2 pada fase awal /
intensif masih BTA (+) diberikan obat sisipan 1 bulan setia hari.
Tata cara pemberian lihat tabel berikut :
Tabel 4
Dosis Dan Jumlah Butir
Pemakaian Oat Sisipan
MACAM PADUAN DAN DOSIS
OAT
|
FASE AWAL /INTESNIF
SETIAP HARI
|
||||
Dosis
|
Butir
|
Butir per Hari
|
Lama Pengobatan
|
Kali/hari Minum Obat
|
|
HRZE
H
: Isiniasid, @ 300 mg
R
: Rifampisin, @ 450 mg
Z
: Pirazinamid, @ 500 mg
E
: Etambutol, @ 250 mg
|
300 mg
450 mg
1.500 mg
750 mg
|
1
1
3
3
|
8
|
1
Bulan
|
30
|
C. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien dengan TB Paru.
Asuhan keperawatan
dilakukan secara sistematis dan berkesinabungan yang meliputi seluruh aspek
bio, psiko, sosial budaya dan Spritual sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dengan proses pendekatan Keperawatan.
Adapun
langkah-langkah proses Keperawatan tersebut meliputi :
1.
Kajian
-
Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan dan
kelemahan
Napas pendek
Demam malam hari, menggigil dan/atau
berkeringat
Tanda : Takikardia,
Takipnea / dispenea
Kelelahan otot, nyeri dan sesak
-
Integritas Ego
Gejala : adanya / faktor
stres
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tak berdaya / tak ada harapan
Tanda : Menyangkal
Ansietas, ketakutan
-
Makanan / cairan
Gejala : Kehilangan nafsu
makan
Penuruanan BB
Tanda : turgor kulit
buruk, kering / kulit bersisik
Kehilangan otot ( hilang lemak subkutan)
-
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada
meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada
area yang sakit
Perilaku distraksi, gelisah
-
Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tak produktif
Napas pendek
Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu
terinfeksi
Tanda : peningkatan
frekuensi pernapasan
Pengembangan pernapasan tidak simetris (efusi
pleura) karakteristik sputum : hijau / purulen atau bercak darah.
-
Keamanan
Gejala : adanya
kondisi penekanan imun, contoh kanker tes HIV positif
Tanda : demam
rendah atau sakit panas akut
-
Interaksi Sosial
Gejala : perasaan
isolasi / penolakan karena penyakit menular
2.
Diagnosa Keperawan
Adapun diagnosa keperawan yang muncul pada klien TB paru
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan / penekanan proses inflamasi, pertahanan primer tak adekuat.
- Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental
- Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
- Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
3.
Perencanaan Keperawatan
Adapun perencanaan keperawatan berdasarkan
masing-masing diagnosa adalah :
a.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penuruanan pertahanan / penekanan
proses inflamasi.
Tujuan yang diharapkan : penyebaran infeksi tidak
terjadi
Intervensi keperawatan:
-
Kaji tindakan kontrol infeksi
sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan
-
Anjurkan pasien untuk batuk /
bersin pada tisu dengan menghindari meludah.
-
Awasi suhu sesuai indikasi
-
Tekankan pentingnya tidak
menghentikan terapi obat
b.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
Tujuan yang diharapkan : pasien dapat meningkatkan
masukan nutrisi yang adekuat dengan menghindari makanan pengiritasi.
Intervensi keperawatan :
-
Pastikan pola diet biasa
pasien, yang disukai / tak disukai
-
Awasi masukan /pengeluaran dan
BB secara periodik
-
Berikan perawatan mulut sebelum
dan sesudah tindakan pernapasan.
-
Dorong makan sedikit dan sering
dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
-
Kolaborasi untuk rujuk ke ahli
diet untuk menentukan komposisi diet.
c.
Resiko Tinggi terhadap
kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan yang diharapkan : bebas dari gejala distres –
pernapasan
Intervensi keperawatan :
-
Kaji dispnea, takipnea, tak
normal / menurunnya bunyi napas
-
Evaluasi perubahan pada tingkat
kesadaran, catat sianosis atau perubahan warna kulit
-
Tingkatkan tirah baring /
batasi aktivitas
-
Kolaborasi, berikan oksigen
tambahan yang sesuai.
d.
Kurang Pengetahuan mengenai
kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan
informasi.
Tujuan yang diharapkan : menyatakan pemahaman proses
penyakit
Intervensi keperawatan :
-
Tekankan pentingnya
mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan masukan cairan yang
adekuat.
-
Berikan intruksi dan informasi
tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat
-
Jelaskan dosis obat, frekuensi
pemberian dan alasan pengobatan yang lama.
-
Kaji potensial efek samping
pengobatan
-
Tekankan untuk tidak merokok
dan minum alkohol.
4.
Implementasi
Adapun langkah atau petunjuk dalam
tahap pelaksanaan adalah persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
5.
Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi harus sesuai
waktu dan tanggal yang telah ditetapkan dalam pernyataan tujuan.
No comments:
Post a Comment