BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang anatomi
fisiologi sistem pencernaan : lambung, konsep dasar gastritis erosiva serta
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan : gastritis
erosiva secara teoritis.
A. Anatomi Fisiologi Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster, lambung terdiri dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri
fundus uteri.
Gambar
1.1 Anatomi lambung
Sumber : Sobatta,
Atlas Anatomi Manusia, 1997
Secara anatomis lambung terbagi atas :
1.
Fundus Ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas, terletak disebelah kiri osteum kardium.
dan biasanya berisi gas.
2. Korpos Ventrikuli
Bagian ini
merupakan segitiga osteum kardiakum, yaitu suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
3.
Antrum Pilorus
Merupakan
bagian lambung yang berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal berbentuk
sfingter pilorus.
4.
Kurvatura Minor
Kurvatura
minor terdapat disebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum kardiak
sampai ke pilorus.
5.
Kurvatura Mayor
Bagian ini lebih
panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui
fundus ventrikuli menuju kekanan menuju ke pilorus inferior.
6.
Osteum Kardiakum
Merupakan
tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk kedalam lambung. Pada bagian ini
terdapat orifisium pilorik.
Lambung mempunyai spingter pada kedua ujungnya yang mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spingter
kardia atau spingter esofagus bawah mengalirkan makanan masuk kedalam lambung
dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Disaat spingter
pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam duodenum dan ketika berkontraksi
springter ini akan mencegah terjadinya aliran balik diusus halus kedalam
lambung.
Gambar 1.2 Anatomi fisiologi
dinding lambung.
Sumber : Sobatta,
Atlas Anatomi Manusia, 1997
Lambung mempunyai beberapa lapisan yaitu :
1.
Lapisan selaput lendir (mukosa) : bila lambung dikosongkan,
lapisan ini berlipat-lipat yang disebut rugae, lipatan lambung ini dapat berdistensi
sewaktu diisi makanan. Didalam lapisan mukosa terdapat kelenjar yang
mengsekresikan asam lambung yaitu :
a.
Sel parietal menghasilkan hidroklorida (HCl) dan sebagai faktor
instrinsik. HCl lambung mempunyai PH 0,8 yang berfungsi untuk memaksimalkan
aktivitas dari pepsin dan untuk membunuh bakteri-bakteri yang berasal dari makanan.
Sebagai faktor intrinsik glikoprotein yang berguna dalam proses absorbsi
vitamin B12 dalam usus halus.
b.
Sel Chief (Chief cells) : mengsekresi proenzim pepsinogen
yang berguna dalam mencerna protein, renin dan lipase.
2.
Lapisan otot melingkar (M. Aurikularis) : lapisan ini
merupakan jaringan otot yang kuat.
3.
Lapisan otot miring (M. Obliques) : lapisan ini mempunyai
otot bergaris miring
4.
Lapisan otot panjang (M. Longitudinal) : lapisan ini
merupakan susunan lapisan otot yang panjang.
5.
Jaringan ikat serosa : jaringan ini melapisi lambung bagian
luar.
Adapun fungsi
lambung adalah :
1.
Fungsi Motorik
Adapun fungsi
motorik lambung antara lain fungsi :
a)
Menampung
Menyimpan
makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada
saluran cerna.
b)
Mencampur
Memecahkan
makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurkannya dengan getah
lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
c)
Pengosongan Lambung
Diatur oleh
pembukaan spingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotik, keadaan fisik serta oleh emosi, obat-obatan dan kerja.
2.
Fungsi pencernaan dan sekresi
a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl
dimulai disini, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amylase dan lipase dalam
lambung kecil peranannya.
b.
Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, alkanisasi antrum,
dan rangsangan vagus.
c.
Sekresi faktor intrinsic memungkinkan absorpsi vitamin
B12 dari usus halus bagian distal
d.
Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi lambung
serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.
e.
Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi sel mukus,
tampaknya berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin.
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esofagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan
dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung. Penghancuran makanan
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1.
Mekanis
Menyimpan,
mencampur dengan sekret lambung dan mengeluarkan kimus kedalam usus.
Pendorongan makanan terjadi secara gerakan
peristaltik setiap gerakan 20 detik.
2.
Kimiawi (khemis)
Bolus dalam
lambung akan dicampur dengan asam lambung dan di enzim-enzim tergantung jenis
makanan. Enzim yang dihasilkan antara lain :
a.
Pepsin fungsinya, mencegah putih telur menjadi asam amino (albumin
dan pepton) agar dapat diabsorbsi di intestinum minor.
b.
Asam garam (HCl) fungsinya, mengasamkan makanan sebagai anti
septik dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga
menjadi pepsin.
c.
Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dan karsinogen dari protein.
d.
Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung.
B. Konsep Dasar Gastritis
1.
Pengertian
Gastritis
adalah suatu keadaan peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus atau local. (Sylvia Anderson Price, Patofisiologi edisi 6, 2005
hal : 422).
Gastritis
adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Jan
Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan, 1999 hal : 138).
Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif M Mansjoer. Kapita Selekta
Kedokteran edisi III, jilid 1, 2000 hal : 492).
Gambar 1.3 Kondisi Mukosa
Lambung pada Kasus Gastritis Erosiva
2.
Klasifikasi
Gastritis
diklasifikasikan menjadi :
a.
Gastritis akut.
Gastritis
akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung dengan
kerusakan-kerusakan erosif. (Iin Inayah, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan, edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika, 2004)
b.
Gastritis Kronik
Gastritis
kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter
Pylori. (Smeltzer, Suzanne C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, edisi 8 Jakarta : EGC, 2001)
3.
Etiologi
Etiologi
dari gastritis adalah :
a.
Diit sembarangan.
b.
Minum alkohol.
c.
Merokok.
d.
Stress.
e.
Obat analgetik anti inflamasi,
terutama aspirin.
f.
Pola makan tidak teratur.
4.
Patofisiologi
Gastritis
akut dapat juga menjadi tanda pertama dari infeksi sistemik. Bentuk
yang lebih berat dari gastritis akut disebabkan oleh asam kuat atau alkalis,
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
ganggren atau perforasi.
Inflamasi pada waktu lama pada
lambung disebabkan baik oleh ulkus jinak atau ganas, atau oleh bakteri Helicobacter pylori. Gastritis kronis
dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau B. Tipe A di hubungkan dengan
penyakit auto imun misalnya anemia
pernisiosa. Tipe ini terjadi pada fundus
atau badan lambung. Tipe B (H. pylori)
mempengaruhi antrum dan pylorus. Tipe ini dapat dihubungkan dengan bakteri H. pylori, faktor diet seperti minum panas,
pedas, penggunaan obat, alkohol, merokok, atau refleks isi usus ke dalam
lambung.
5.
Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis dari
gastritis erosiva adalah :
a.
Perih atau sakit seperti terbakar
pada perut.
b.
Mual
c.
Muntah
d.
Kehilangan selera
e.
Kembung
f.
Terasa penuh pada perut setelah
makan
g.
Kehilangan berat badan
6.
Penatalaksanaan.
a.
Makan secara benar
b.
Hindari alkohol
c.
Jangan merokok
d.
Lakukan olahraga secara teratur
e.
Kendalikan stress
7.
Pemeriksaan diagnostik.
Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan pada pasien yang mengalami
gangguan sistem pencernaan antara lain :
a.
Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa
adanya antibody H . Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi.
b.
Pemeriksaan pernafasan.
Tes ini dapat menentukan apakah
pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
atau tidak.
c.
Pemeriksaan feses.
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
d.
Endoskopi saluran cerna bagian
atas.
Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak
terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskopi) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung
dan bagian atas usus halus.
C. Asuhan Keperawatan Teoritis pada
klien dengan gastritis.
Dalam
memberikan asuhan keperawatan gastritis erosiva perawat menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan secara sistematik dan
berkesinambungan yang meiputi seluruh aspek bio-psiko-sosial budaya dan
spiritual sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses
pendekatan keperawatan.
Adapun langkah-langkah proses
keperawatan tersebut meliputi : pengkajian keperawatan, pendiagnosaan
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
1.
Pengkajian
Menurut Brunner & Suddarth,
(2001:1063), pengkajian pada penderita gastritis erosiva berfokus pada hal-hal
:
Kaji tanda
dan gejala pada pasien yang mengalami nyeri pada ulu hati, tidak dapat makan,
mual dan muntah, apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau
sesudah makan. Setelah mencerna makanan pedas dan mengiritasi atau setelah
mencerna obat tertentu atau alkohol. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas,
stress, alergi, makanan atau minuman terlalu banyak atau makan terlalu cepat?
Bagaimana gejala hilang? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau
pembedahan lambung? Riwayat diit ditambah jenis diit yang baru dimakan selama
72 jam akan membantu, riwayat lengkap sangat penting dalam membantu perawat
untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diit atau diit sembarangan yang
diketahui berhubungan dengan gejala saat ini. Apakah orang lain pada lingkungan
pasien mempunyai gejala serupa?
Tanda yang diketahui saat pemeriksaan
fisik yang mencakup nyeri tekan abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran
mukosa kering) dan bukti adanya gangguan sistemik dapat menyebabkan gastritis,
lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh
klien untuk mengatasi gejala serta efek-efeknya juga di identifikasi.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok. Adapun diagnosa yang timbul pada
klien dengan gastritis antara lain :
a.
Ansietas b.d pengobatan.
b.
Perubahan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang tidak adekuat.
c.
Resiko defisit volume cairan b.d
masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan yang berlebihan akibat muntah.
d.
Defisit pengetahuan tentang proses
penyakit dan penatalaksanaannya b.d kurang informasi.
e.
Nyeri b.d peningkatan asam lambung.
3.
Perencanaan Keperawatan
Tahap perencanaan memberikan kesempatan
pada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan rencana
tindakan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah klien. Komponen-komponen tahap perencanaan adalah membuat
prioritas urutan diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil dan menulis
rencana Asuhan Keperawatan.
Adapun rencana keperawatan berdasarkan
masing-masing diagnosa keperawatan
a.
Ansietas b.d pengobatan.
Hasil yang diharapkan :
Ansietas
berkurang.
Intervensi
keperawatan :
1)
Lakukan tindakan kedaruratan untuk
klien yang menerima asam atau alkali.
2)
Berikan terapi pendukung untuk
pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah asam dan alkali yang termakan
di netralkan atau di encerkan.
3)
Siapkan klien untuk pemeriksaan
diagnostik tambahan (endoskopi) atau pembedahan.
4)
Gunakan pendekatan yang tenang dan
jawab pertanyaan selengkap yang memungkinkan, jelaskan semua prosedur dan
pengobatan.
b.
Perubahan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan :
Pasien dapat meningkatkan masukan
nutrisi adekuat dan menghindari akut.
Intervensi keperawatan :
1)
Berikan dukungan fisik dan
emosional untuk pasien dengan gastritis akut.
2)
Hindari makanan dan minuman peroral
selama beberapa jam atau hari sampai gejala akut berkurang.
3)
Berikan terapi IV sesuai kebutuhan
dan pantau nilai elektronik serum setiap hari.
4)
Berikan es batu dan cairan jernih
bila gejala berkurang.
5)
Dorong klien untuk melaporkan
adanya gejala yang menunjukkan episode berulang dari gastritis saat makanan
masuk.
6)
Hindari minuman berkafein.
7)
Hindari alkohol dan merokok.
8)
Ajarkan bahwa nikotin menimbulkan
mual dan muntah.
c.
Resiko defisit volume cairan b.d
masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan yang berlebihan akibat muntah.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan keseimbangan cairan.
Intervensi keperawatan
1)
Pantau masukan dan haluaran setiap hari
terhadap dehidrasi.
2)
Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam
untuk keseimbangan cairan.
3)
Waspadai terhadap indikator
gastritis hemoragi (hematemesis, takikardia, hipotensi) dan beri tahu dokter.
d.
Defisit pengetahuan tentang proses
penyakit dan penatalaksanaannya b.d kurang informasi.
Hasil yang diharapkan :
Pengetahuan klien dan keluarga
tentang proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit gastritis bertambah.
Intervensi keperawatan :
1)
Kaji pengetahuan tentang gastritis
dan kembangkan rencana penyusunan individu.
2)
Pertimbangkan kebutuhan kalori
sehari-hari dan makanan kesukaan.
3)
Berikan daftar substansi yang harus
dihindari (kafein, nikotin, makanan yang banyak mengandung bumbu, alkohol)
4)
Berikan pasien yang menderita anemia
pernissiosa, instruksikan tentang kebutuhan suntikan vitamin B12
batas normal.
e.
Nyeri b.d peningkatan asam lambung.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri berkurang.
Intervensi keperawatan :
1)
Instruksikan untuk menghindari
makanan dan minuman yang mungkin mengiritasi mukosa lambung
2)
Kaji derajat nyeri dan dapatkan
kenyamanan melalui penggunaan obat dan menghindari substansi pengiritasi.
4.
Implementasi
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
secara nyata dilakukan serangkaian kegiatan sistematik berdasarkan perencanaan
untuk mencapai hasil yang optimal, adapun langkah atau petunjuk dalam tahap
pelaksanaan adalah persiapan, pelaksanaan dan dokumentasi.
Pada tahap persiapan perawat dituntut
memiliki pengetahuan dan keterampilan, selain itu juga perawat harus mampu
mengatasi situasi dan kondisi klien baik fisik maupun mentalnya sehingga dalam
merencanakan, memvalidasi rencana serta dalam pelaksanaan perawat akan
terhindar dari kesalahan.
Untuk tahap pelaksanaan, perawat
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bio, psiko, sosio, kultural dan
spiritual. Pada saat dokumentasi, semua tindakan yang telah dilaksanakan harus
di dokumentasikan ke dalam catatan keperawatan klien oleh perawat yang
melaksanakan tindakan tersebut.
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian fase
keperawatan dan menunjukkan perkembangan klien terhadap pencapaian tujuan. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang kesehatan dan strategi evaluasi.
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk
umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, membandingkan pelayanan keperawatan yang diberikan dengan standar
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam melakukan evaluasi harus
sesuai dengan waktu dan tanggal yang
telah ditetapkan dalam pernyataan tujuan.